Tripoli, Gontornews — Setelah serangan udara di pusat penahanan di dekat Tripoli Libya menewaskan puluhan pengungsi dan migran pada Selasa malam, kabar tentang serangan itu dengan cepat menyebar di antara para migran yang ditahan di seluruh negeri.
Mereka yang selamat dari tragedi di Tajoura itu menceritakan kengerian serangan melalui pesan WhatsApp kepada Aljazeera. Mereka menggambarkan bagaimana bantuan dan pekerja medis menjelajah reruntuhan, ketika para tahanan duduk di luar hanggar yang dibom tempat mereka ditahan.
Korban tewas dari serangan itu diperkirakan akan meningkat, kata para migran, karena lebih banyak bagian tubuh ditemukan di antara puing-puing dan barang-barang milik mantan penghuni bangunan itu.
Para korban mengatakan kepada Aljazeera, proyektil pertama mengenai sebuah toko kecil di dekat tempat mereka ditahan. Serangan kedua, beberapa menit kemudian, langsung menyasar ke salah satu aula tempat tinggal para migran.
“Tembakan pertama membuat tempat itu kacau, orang-orang mulai melarikan diri,” kata pria Sudan melalui pesan-pesan Twitter. “Polisi melepaskan tembakan ke udara di samping sel. Sepuluh menit kemudian tembakan kedua terdengar.”
PBB mengatakan pada hari Kamis, mereka memiliki informasi bahwa penjaga Libya menembaki para pengungsi dan migran yang mencoba melarikan diri dari serangan udara yang menewaskan 53 orang, termasuk enam anak-anak.
Sebuah laporan dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyebutkan, ada dua serangan udara Selasa malam. Satu menabrak garasi kosong dan satu menabrak hanggar yang memuat sekitar 120 pengungsi dan migran.
“Ada laporan bahwa setelah tembakan pertama, beberapa pengungsi dan migran ditembaki oleh penjaga ketika mereka mencoba melarikan diri,” kata laporan OCHA.
Lebih dari 600 pria, wanita dan anak-anak ditahan di pusat penahanan Tajoura. Tidak jelas apa yang terjadi pada mereka yang selamat dari serangan itu.
Jumlah total migran dan pengungsi yang ditahan di pusat-pusat penahanan di seluruh Libya sekitar 6.000. Setidaknya 3.000 dari mereka ditahan dekat ibukota, Tripoli, yang telah dikepung oleh komandan militer pemberontak Khalifa Haftar sejak April. [RM]