Quetta, Gontornews — Sebagian besar partai oposisi utama Pakistan mengadakan unjuk rasa di sejumlah wilayah, Kamis (25/7) seraya menuduh Pemerintahan Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, menyengsarakan masyarakat. Tidak hanya itu, mereka juga mengkritisi langkah Pemerintah yang bertindak mengintimidasi untuk membungkam suara lawan-lawan politiknya. Mereka menjuluki satu tahun pemerintahan Khan sebagai hari hitam (Black Day).
“Setiap hari kepemimpinan Imran Khan adalah hari yang hitam,” kaa Pemimpin partai PML-N, Maryam Nawaz, di hadapan pendukungnya sebagaimana dilansir Reuters.
Maryam juga mengkritik Imran Khan yang menerima arahan dari Amerika Serikat sepulangnya dari pertemuan dengan Presiden Donald Trump.
Sementara itu, partai oposisi lainnya, partai PPP, berkumpul untuk mendengarkan orasi politk yang disampaikan oleh pemimpin partai Bilawal Bhutto, putra mantan Perdana Menteri Pakistan yang terbunuh, Benazir Bhutto. Mereka berorasi bahwa rezim pemerintahan Khan menyebabkan kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok, meningkatnya angka pengangguran serta membawa kondisi ekonomi Pakistan menggantung.
Protes yang dilancarkan oleh sejumlah partai oposisi di Pakistan cukup beralasan. Pasalnya, saat partai pengusung Imran Khan, PTI, memenangkan pemilihan umum, mereka menuduh rezim pemerintahan sebagai rezim koruptor dan salah urus. Tidak hanya itu, pemerintah PM Imran Khan juga menuduh sejumlah pimpinan negara di rezim sebelumnya memindahkan uangnya ke luar negeri secara ilegal.
Selain itu, Mantan Perdana Menteri Nawaz Syarif bahkan harus rela dijebloskan ke dalam penjara karena kasus korupsi. Sedangkan penggantinya, Shahid Khaqan Abbasi, ditangkap atas tuduhan serupa meski, belakangan, menyangkal tuduhan tersebut. [Mohamad Deny Irawan]