Ponorogo, Gontornews – Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), KH Hasan Abdullah Sahal, mengatakan perjuangan santri dalam menjaga kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia sangatlah signifikan.
Bagi Ustadz Hasan, sapaan akrabnya, alumni pesantren membebaskan Indonesia dari penjajah sekaligus penjajahan.
“Penjajahan itu musuh kemanusiaan. Pesantren membebaskan manusia dari belenggu pembudakan diri menuju pembudakan hanya kepada Allah SWT,†kata Ustadz Hasan ketika membuka Muktamar Halaqah Badan Eksekutif Mahasiswa Pesantren se-Indonesia di Auditorium Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Jumat (29/4).
“Dalam taḥriru al-insÄn (pembebasan manusia) dan taḥriru al-bilÄd (pembebasan negara), santrilah subjeknya sekaligus pemeran utamanya. Inilah satu keunikan pesantren yang harus dipelihara,†tambahnya.
Lebih lanjut, Ustadz Hasan mengomentari tentang stigmatisasi terhadap pesantren. Bagi pria yang memimpin Gontor sejak tahun 1985 itu, alumni pesantren jangan sampai menjadi ujung tombak, tetapi harus menjadi penggerak tombak.
“Pesantren ada untuk mengajari presiden. Bukan presiden yang mengajari pesantren,†tegasnya.
Selain pimpinan PMDG, hadir pula selaku tuan rumah Rektor UNIDA Prof Dr Amal Fathullah Zarkasyi, Wakil Rektor 1 UNIDA Dr Hamid Fahmy Zarkasyi, Wakil Rektor 2 UNIDA Setiawan bin Lahuri, dan cendekiawan Muslim Dr Adian Husaini.
Dalam pemaparannya, Hamid Fahmy Zarkasyi menyebut pentingnya komunitas Muslim yang bergerak bersama demi kejayaan Islam. Ia mengajak semua pihak agar menjadi orang yang bernilai 1000 untuk memperjuangkan Islam.
Senada dengan Hamid, Adian Husaini pun menyebut saat ini tantangan pemikiran Islam juga perlu menjadi perhatian lebih. Terlebih, stigmatisasi terhadap Islam bermula dari kurangnya pemahaman masyarakat tentang Islam.
“Islam tidak teoritis karena eksistensi Islam tidak diwakilkan oleh manusia tapi diwakilkan oleh syariah,†ungkap ketua Dewan Dakwah Islam Indonesia itu. [Mohamad Deny Irawan/Rusdiono Mukri]