Pasang Iklan Pasang Iklan
  • Profil
  • Redaksi & Manajemen
  • Info Iklan
  • Panduan Kebijakan Media
  • Berlangganan Majalah
  • Komplain Majalah
Selasa, 19 Januari, 2021
Gontornews
  • Home
  • GN
  • News
    • Dunia
    • Nasional
    • Nusantara
  • Inspirasi
    • Sirah
    • Dakwah
    • Hidayah
    • Ihwal
    • Jejak
    • Sukses
    • Mujahid
    • Oase
  • Pendidikan
    • Lembaga
    • Buku
    • Beasiswa
    • Risalah
    • Khazanah
    • Keluarga
  • Muamalah
    • Ekonomi
    • Peluang
    • Halal
    • Rihlah
    • Konsultasi
  • Tadabbur
    • Tafsir
    • Hadis
    • Dirasah
  • Values
    • Tausiah
    • Sikap
    • Mahfudzat
    • Cahaya
    • Kolom
    • Afkar
  • Saintek
    • Sains
    • Teknologi
    • Kesehatan
    • Lingkungan
  • Laput
    • #IBF2020
  • Wawancara
  • Gontoriana
    • Pondok
    • Trimurti
    • Risalah
    • Alumni
    • Wali Santri
No Result
View All Result
Gontornews
No Result
View All Result
Home Values Kolom

Bagaimana Stress Dapat Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh?

Oleh Cantika Putri Nindita (Mahasiswi Psikologi UMM) dan Hana Lestari MPd (Dosen IAI Sahid Bogor)

Rusdiono Mukri by Rusdiono Mukri
28 Juli 2020
in Kolom
0
Foto: marketingweek.com

Setiap manusia di belahan dunia mana pun pasti pernah merasakan stres. Baik itu disebabkan oleh masalah finansial, hubungan interpersonal, maupun hal-hal kecil yang dapat membuat seseorang membangkitkan pemikiran berlebihan sehingga mengganggu ketenangan jiwanya. Begitu pula ketika harus menghadapi keadaan dunia yang kini masih berjuang memerangi pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai.

Bukan hanya mayarakat Indonesia yang merasa stres akan situasi ini, namun seluruh dunia pun merasakannya. Sebagai contoh, sebuah studi dari 52.730 peserta di Cina menemukan bahwa hampir 35 persen dari sampel dilaporkan mengalami tekanan psikologis (Qiu et al, 2020). Demikian pula penelitian lain yang telah dilakukan di Cina, dari 7.236 subyek ditemukan 35 persen kecemasan dan 20 persen gejala depresi (Huang dan Zhao, 2020). Bahkan baru-baru ini Mamun dan Griffiths (2020) melaporkan kasus bunuh diri pertama karena ketakutan akan Covid-19 di Bangladesh.

Memang bukanlah suatu hal yang tabu bila pandemi Covid-19 mampu menyeret masyarakat pada kecemasan hingga berujung pada stres. Mulai dari aspek finansial yang terus melemah, isolasi diri yang terus menerus, hingga pemberitaan yang membuat masyarakat terus bertanya-tanya kapan pandemi ini akan berakhir. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kesehatan psikologis yang buruk mampu mempengaruhi kondisi fisiologis. Ketika seseorang terlalu takut untuk menghadapi sebuah situasi seperti pandemi ini, kemudian berujung pada stres, secara tidak langsung akan membuat kondisi fisiknya melemah. Misalnya, kesepian dan isolasi sosial dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung coroner dan stroke (Valtorta et al, 2016).

Meskipun demikian, tidak semua stres berdampak buruk pada tubuh seseorang, nyatanya stres juga dapat menyehatkan tubuh (Gorter, 2020). Sebagaimana jenisnya, stres terbagi menjadi stres positif (eustress) dan stres negatif (distress). Stres positif inilah yang dinilai mampu meningkatkan kekebalan tubuh. Sayangnya, tubuh secara fisik tidak mampu mengenali eustress maupun distress, sehingga ketika situasi yang mengkhawatirkan datang, tubuh akan cenderung menimbulkan gejala distress, seperti cemas, sulit fokus, insomnia, gangguan lambung, dan pusing kepala (Pareek, 2020).

BACA JUGA

Dilema Pembelajaran Tatap Muka Awal Tahun 2021

Maraknya Kebohongan

Hentikan Drama dan Spiral Kekerasan

Puisi Rakitan

Presiden Jokowi, Ajari Kami Keadilan!

Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, tubuh secara fisik memang tidak mampu mengenali eustress maupun distress, namun pikiran – fungsi kognitif manusia — mampu untuk itu. Penelitian telah menunjukkan perubahan dalam sistem berbasis neuroendokrin pada locus of control (Gorter, 2020). Menurut Rotter (1966) locus of control sendiri berarti cara pandang atau persepsi seseorang terhadap sumber-sumber yang mengendalikan situasi baik ataupun buruk dalam kehidupannya. Maka apabila cara pandang orang tersebut diubah ke arah yang positif, maka stres yang ia miliki pun dapat dikendalikan dengan baik.

Ketika pemikiran manusia dirangsang untuk fokus terhadap informasi yang baik, maka otak akan menginterpretasikannya dengan persepsi baik pula. Persepsi yang menyenangkan ini akan mempengaruhi keyakinan buruk yang telah terbangun dalam otak. Misalnya, ketika banyaknya berita kematian pandemi Covid-19 ditayangkan di media, informasi tidak menyenangkan tersebut akan masuk ke dalam otak seseorang lalu mempengaruhi interpretasi kognitifnya sehingga menghasilkan persepsi yang tidak menyenangkan pula. Apabila informasi buruk ini terus menerus ditayangkan, maka orang tersebut bukan hanya memiliki persepsi yang buruk, namun juga akan menanamkan keyakinan yang buruk pula terhadap situasi pandemi yang sedang dihadapi. Sebaliknya, apabila stimulus berupa berita yang disajikan merupakan informasi yang positif dan hal tersebut dilakukan secara berulang, ketika seseorang memberikan atensinya, maka persepsi yang terbangun merupakan persepsi yang menyenangkan. Keyakinan yang ia miliki pun ialah keyakinan yang positif. Sehingga dari keyakinan yang baik ini, seseorang tidak akan memiliki ketakutan berlebihan terhadap situasi yang sedang dihadapi.

Kemudian untuk bidang pendidikan yang belakangan ini sedang terganggu keefektifannya, begitu penting bagi para siswa untuk memiliki kemampuan pengelolaan persepsi agar stres positif ini dapat mengubah stres negatif yang timbul sebagai akibat dari pembelajaran via daring yang cukup menyulitkan. Para siswa dapat diberi stimulus berupa informasi mengenai situasi buruk di lingkungan namun tetap dengan penguatan bahwa situasi tersebut merupakan tantangan yang harus mereka hadapi.

Stres positif yang dimiliki para siswa akan membantu dalam peningkatan kefokusan mereka, seperti fokus untuk selalu waspada terhadap kemungkinan ancaman penularan virus di lingkungan sekolah sehingga mereka selalu siap sedia menggunakan masker dan mencuci tangan setelah beraktivitas. Selain itu, stres positif ini juga dapat meningkatkan performa para siswa dalam mengupayakan pola hidup sehat, sebagai contoh mereka cenderung akan tergerak untuk mulai melakukan latihan fisik di pagi atau sore hari, mengonsusmi makanan bergizi seimbang, dan tidak jajan sembarangan.

Oleh karena itu, kunci utama stres ialah pemikiran. Persepsi yang dibangun dan keyakinan yang dimiliki akan berdampak besar terhadap respon tubuh. Apakah respon tersebut negatif sehingga menimbulkan penurunan fisiologis, atau respon tersebut positif sehingga dapat memacu kerja tubuh untuk menghadapi keadaan dengan lebih baik. Jadikanlah segala keadaan buruk yang datang sebagai tantangan bukan suatu hambatan, maka otak pun akan menilainya sebagai sesuatu yang harus dihadapi bukan untuk dihindari. Alih-alih stres menjadi momok menakutkan bagi tubuh, stres justru mampu membantu meningkatkan kesehatan tubuh. []

Tags: COVID-19Stres
ShareTweetSend
Previous Post

Emas Menyundul Langit Batas Psikologis

Next Post

Kesembuhan Santri Gontor Kampus 2 Terpapar Covid-19 Bertambah: 80 Sembuh 5 Dirawat

Rusdiono Mukri

Rusdiono Mukri

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Klik Untuk Memesan Buku

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Informasi Pendaftaran Santri Baru Ma’had Al-Muqoddasah Li Tahfidzil Qur’an

Informasi Pendaftaran Santri Baru Ma’had Al-Muqoddasah Li Tahfidzil Qur’an

22 Desember 2020
Lima Makanan Herbal Membantu Mengobati Cikungunya

Lima Makanan Herbal Membantu Mengobati Cikungunya

19 September 2018
Kehidupan Muslim Timor Leste

Kehidupan Muslim Timor Leste

15 Maret 2020
foto: kompas.com

Merdeka Belajar: Konsep dan Implementasi di Era Digital

29 Februari 2020
Foto: kesatu.co

HNW Pinta Menag Realisasikan Bantuan Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama di Luar Negeri

19 Januari 2021
WHO: Kematian Akibat Covid-19 Tembus Dua Juta Jiwa

WHO: Kematian Akibat Covid-19 Tembus Dua Juta Jiwa

19 Januari 2021
Pesantren AFKN Bekasi Terapkan Terapi Imunitas Tubuh ala Raja Papua

Pesantren AFKN Bekasi Terapkan Terapi Imunitas Tubuh ala Raja Papua

19 Januari 2021
Jerman Berlakukan Pembatasan Ketat Hingga 10 Januari 2021

Kanselir Jerman Setujui Perpanjangan Masa Penguncian

19 Januari 2021

Banjir Bandang Cisarua Puncak Bogor, 900 Jiwa Terdampak

19 Januari 2021
India Mulai Ekspor Vaksin Covid-19

India Mulai Ekspor Vaksin Covid-19

19 Januari 2021
Gontornews

Kantor:
Jalan Raya RS Fatmawati Jl. Madrasah Taman Sejahtera No.1A RT.06 RW.03 (Area Masjid Jami' Al-Munir) Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan
Telp: 021-29124801
021-29124802
Email:
sirkulasi@gontornews.com
iklan@gontornews.com
penjualan@gontornews.com

Cari

No Result
View All Result

Tentang Kami

  • Profil
  • Redaksi & Manajemen
  • Info Iklan
  • Panduan Kebijakan Media
  • Berlangganan Majalah
  • Komplain Majalah

© 2018 gontornews.com. All Rights Reserved

  • Home
  • GN
  • News
    • Dunia
    • Nasional
    • Nusantara
  • Inspirasi
    • Sirah
    • Dakwah
    • Hidayah
    • Ihwal
    • Jejak
    • Sukses
    • Mujahid
    • Oase
  • Pendidikan
    • Lembaga
    • Buku
    • Beasiswa
    • Risalah
    • Khazanah
    • Keluarga
  • Muamalah
    • Ekonomi
    • Peluang
    • Halal
    • Rihlah
    • Konsultasi
  • Tadabbur
    • Tafsir
    • Hadis
    • Dirasah
  • Values
    • Tausiah
    • Sikap
    • Mahfudzat
    • Cahaya
    • Kolom
    • Afkar
  • Saintek
    • Sains
    • Teknologi
    • Kesehatan
    • Lingkungan
  • Laput
    • #IBF2020
  • Wawancara
  • Gontoriana
    • Pondok
    • Trimurti
    • Risalah
    • Alumni
    • Wali Santri
No Result
View All Result

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com