Oxford, Gontornews–Kabar miris datang dari negara kaya di dunia. Meskipun berlimpah kekayaan dan menguasai ekonomi dunia, negara-negara kaya hampir menutup mata melihat pengungsi di dunia. Justru yang peduli dan memperhatikan nasib jutaan pengungsi tersebut adalah negara-negara miskin dan berkembang.
Laporan Oxfam dikutip laman theguardian, Senin (18/7) memaparkan, ada enam negara terkaya di dunia yang menguasai 60 persen perekonomian di muka bumi ini, tetapi hanya menampung sekitar 9 persen pengungsi dari negara konflik. Keenam negara tersebut adalah Amerika Serikat, China, Jepang, Jerman, Perancis, dan Inggris.Enam negara itu saat ini menguasai 56,6 persen PDB dunia. Dalam laporan tersebut, enam negara tersebut hanya mau menampung sekitar 2,1 juta pengungsi atau cuma 8,9 persen dari total pengungsi yang ada di dunia.
Dari enam negara tersebut, Jerman lumayan peduli dengan menampung sekitar 736.740 orang. Sementara 1,4 juta lainnya ditampung di lima negara lainnya. Tokoh Oxfam GB Mark Goldring menyebut, fakta ini sangat memalukan. Mark melanjutkan, sebaliknya, lebih dari setengah pengungsi di dunia yang mencapai hampir 12 juta orang tinggal di Yordania, Turki, Palestina, Pakistan, Lebanon dan Afrika Selatan. Padahal kekayaan negara tersebut kurang dari 2 persen dari perekonomian dunia.
\
Oxfam menyerukan kepada negara-negara kaya untuk berbuat lebih baik dari negara-negara miskin yang menyediakan perlindungan bagi mayoritas pengungsi di dunia. “Ini adalah salah satu tantangan terbesar di zaman kita disaat negara-negara miskin memikul tanggung jawab,” kata Mark Goldring.
Mark menyebut fakta ini adalah contoh krisis yang kompleks yang membutuhkan koordinasi dan respon global dengan negara-negara terkaya. Seharusnya, negara kaya mengambil bagian yang lebih adil dengan menyambut lebih banyak pengungsi dan membantu melindungi mereka dimanapun mereka berada.
Negara-negara kaya seperti Inggris, lanjutnya, perlu menunjukkan sebagai masyarakat yang toleran dan terbuka, yang siap memainkan perannya dalam memecahkan krisis ini. “Ini sangat memalukan bahwa sebagai salah satu ekonomi terkaya Inggris hanya memberikan tempat tinggal kurang dari 1 persen dari pengungsi, ” ungkapnya.
Merujuk data UNHCR GLOBALS Trends 2015, lebih dari 65 juta orang telah meninggalkan rumah mereka karena kekerasan, perang dan pelanggaran hak asasi manusia. Ini adalah jumlah tertinggi mengalahkan rekor sebelumnya. Sebagian besar (40,8 juta jiwa) telah meninggalkan tanah kelahirannya dimana 21,3 juta jiwa memilih menjadi pengungsi dan 3,2 juta lainnya menunggu nasib dari negara-negara industri. Para pengungsi seperti dari Suriah umumnya melarikan diri ke negara tetangga seperti Yordania yang menjadi penampungan bagi 2,8 juta orang dan Turki 2,75 juta orang.
Oxfam menuding beberapa negara kaya sengaja membuat aturan untuk memperketat masuknya para pengungsi. Hal ini terlihat saat pengungsi hendak masuk ke Uni Eropa atau beberapa negara di Eropa tapi selalu mengalami kendala. Oxfam adalah organisasi nirlaba dari Inggris yang berfokus pada pembangunan penanggulangan bencana dan advokasi, bekerja sama dengan mitra lainnya untuk mengurangi penderitaan di seluruh dunia. Organisasi ini terdiri dari 15 organisasi dari 98 negara di dunia. Didirikan pada tahun 1942 di Oxford, Inggris yang didedikasikan untuk memerangi kemiskinan dan ketidakadilan di dunia. [Ahmad Muhajir/DJ]