Paris, Gontornews — Israel memboikot sebuah festival film di Paris yang berencana memutar film “Foxtrot”, sebuah film yang menggambarkan tentara Israel yang menutupi kematian remaja Palestina.
Kedubes Israel di Prancis tidak akan menghadiri upacara pembukaan Festival Film Israel tanggal 13 Maret, saat sutradara film Samuel Maoz akan memutar filmnya. Ini karena panitia mengabaikan saran untuk menemukan film yang “lebih sesuai” untuk festival itu “termasuk memenuhi keinginan para donatur Yahudi”, kata kementerian luar negeri Israel.
Menurut The Times of Israel, pernyataan tersebut mengatakan,”Manajemen festival, karena pertimbangannya sendiri, memilih untuk tidak menerima rekomendasinya. Oleh karena itu, kementerian luar negeri memerintahkan duta besar untuk tidak hadir pada upacara pembukaan.”
Dalam sebuah wawancara dengan Haaretz pada hari Senin, direktur festival Helene Schoumann mengatakan, “Saya sangat menyukai film ini, saya tidak melihat apapun yang melawan Israel… Jadi saya tidak akan membatalkannya,” ujarnya seperti dikutip Aljazeera.
Film Foxtrot dinominasikan untuk menyabet Piala Oscar mewakili Israel dalam film berbahasa asing. Film ini telah memenangkan Grand Jury Prize Silver Lion dalam Festival Film Internasional di Venice pada 2017 dan memperoleh skor 100 persen di Rotten Tomatoes, situs ulasan film.
Miri Regev, menteri kebudayaan Israel, telah menargetkan film tersebut beberapa kali dalam pernyataan dan wawancara, dengan mengatakan bahwa Foxtrot “meningkatkan BDS dan musuh-musuh Israel” dan menunjukkan “tentara Israel dengan cara menipu sebagai pembunuh dan merugikan nama baik Pasukan Pertahanan Israel .”
Regev juga mengklaim bahwa dia berencana mencegah Israel memberikan dana untuk acara tersebut, yang didukung oleh pemerintah Israel dan beberapa organisasi Yahudi.
Pendukung Boikot Divestasi dan Sanksi atau BDS, yang sebelumnya menyerukan agar festival diboikot, telah mengolok-olok pembuatannya. EuroPalestine yang berbasis di Prancis dilaporkan memuji Israel karena boikotnya.
BDS berusaha mengakhiri pendudukan dan menghancurkan tembok dan permukiman ilegal Israel, menuntut persamaan bagi warga Palestina Israel, dan menyerukan hak-hak pengungsi Palestina.
Direktur Maoz telah mengatakan kepada majalah Variety bahwa penayangan film itu telah membuatnya mendapatkan publisitas, sebagai orang Israel dia merasa sedih.
“Setiap masyarakat yang humanis harus berusaha untuk menjadi lebih baik, memperbaiki diri,” katanya. “Dan hal mendasar untuk memperbaiki adalah kemampuan untuk menerima kritik diri.” [Rusdiono Mukri]