Phnom Penh, Gontornews — Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, mengonfirmasi bahwa ia telah mengundang kepala junta militer Myanmar dalam pertemuan negara-negara anggota ASEAN dengan syarat mereka telah membuat kemajuan sesuai dengan rencana perdamaian yang mereka setujui tahun lalu.
Sebagai pemimpin baru ASEAN, PM Hun Sen berujar akan berbicara dengan panglima militer Myanmar, Min Aung Hlaing, melalui video Rabu. PM Hun Sen mencatat sejak pertemuan dengan Myanmar pada 7 Januari lalu, pemimpin terguling Aung San Suu Kyi mendapatkan hukuman empat tahun penjara.
Sebagai informasi, ASEAN mengeluarkan keputusan mengejutkan dengan tidak mengundang pemimpin junta militer Myanmar, Min Aung Hlaing, dalam pertemuan puncak ASEAN. ASEAN berdalih kegagalan Myanmar dalam mematuhi dan merealisasikan konsensus mereka dengan blok negara-negara Asia Tenggara sebagai alasan di balik gagalnya kehadiran Jenderal Min Aung Hlaing.
“Dia (Hun Sen) mengatakan telah mengundang HE Min Aung Hlaing untuk menghadiri KTT ASEAN jika ada kemajuan dalam implementasi lima poin yang disepakati secara bulat,” kata PM Hun Sen melalui akun facebook-nya.
“Jika tidak, dia harus mengirim perwakilan non-politik ke pertemuan ASEAN,” sambung PM Hun Sen sebagaimana dilansir Reuters.
Sebagai pemimpin baru ASEAN, Kamboja telah mengindikasikan untuk terlibat dalam persoalan Myanmar tanpa mengisolasi junta. Namun, PM Hun Sen mendapat tekanan dari sejumlah negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, untuk tidak mengalah pada kesepakatan ASEAN yang mendapatkan dukungan PBB dan Amerika Serikat.
Langkah pengggulingan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, telah menjadi kemunduran bagai ASEAN yang selama ini menampilkan sebagai blok yang kredibel dan terintegrasi.
Kunjungan PM Hun Sen ke Myanmar menimbulkan kekhawatiran bagi ASEAN. Sejumlah pihak menduga bahwa kunjungan PM Hun Sen ke Myanmar seolah-olah menunjukkan dukungan ASEAN terhadap petinggi militer Myanmar.
Dalam konsensusnya, ASEAN meminta Myanmar untuk menghentikan serangan dan memberikan akses penuh kepada utusan ASEAN untuk menemui semua pihak yang terlibat dalam konflik tersebut.
Pemimpin Malaysia, Ismail Sabri Yakoob, mengatakan kepada PM Hun Sen ada kebutuhan mendesak untuk segera meredakan situasi di Myanmar serta membebaskan Suu Kyi dan sejumlah tahanan politik. [Mohamad Deny Irawan]