Silaturahmi berarti menjalin hubungan kekeluargaan atau komunikasi yang dilandasi rasa kasih sayang. Keajaiban silaturahmi selain dapat merekatkan dan mengokohkan hubungan antarsesama, juga berguna untuk membangun etos kerja produktif di masyarakat.
Prof Dr Rika Astari SS MA, dosen tetap di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sekaligus pengurus Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah (PRA) Sidoarum, Sleman, Yogyakarta ,menjelaskan, “Hubungan yang harmonis antarindividu akan berdampak pada hubungan yang baik dalam masyarakat dan juga pada kehidupan berbangsa.” Maka, tekannya, silaturahmi dapat menjadi kunci sebuah negara untuk menjaga, melakukan, dan melanjutkan pembangunan di segala bidang.
Kali ini, wartawan Majalah Gontor, Edithya Miranti, berkesempatan mewawancarai profesor muda alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor tahun 1999 tersebut. Simak ulasannya!
Apa makna silaturahmi?
Istilah silaturahmi merupakan serapan dari Bahasa Arab, secara etimologis berasal dari dua kata yaitu shilah dan rahmi. Kata shilah merupakan mashdar (nomina deverbal kedua) dari kata washala yang dalam berbagai derivasinya berarti menyambung, berkomunikasi, mengantar, menghubungkan dan terus-menerus. Kata shilah juga memiliki kemiripan dengan akar triliteral dengan kata shalah, berarti hubungan atau komunikasi bersifat vertikal, sedangkan shilah bersifat horizontal. Sedangkan kata rahmi atau rahim artinya kandungan atau kekerabatan. Keduanya sebenarnya berasal dari kata yang sama, yaitu rahima artinya ‘saling mengasihi’. Silaturahmi berarti menjalin hubungan kekeluargaan atau komunikasi yang dilandasi rasa kasih sayang.
Mengapa silaturahmi menjadi sangat penting dalam Islam dan apa dalilnya?
Secara eksplisit al-Qurán tidak menyebutkan, tapi terdapat ayat umum yang memerintahkan berbuat baik kepada orangtua, kerabat, orang tidak mampu, dan sahabat. Maka ayat umum ini dapat mencakup anjuran bersilaturahmi sebagaimana firman Allah SWT dalam QS An-Nisa’ ayat 36 yang artinya, “Sembahlah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, berbuatlah kebajikan kepada kedua orangtua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan jauh, teman sejawat, orang yang sedang dalam perjalanan, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Ayat di atas menekankan tentang pentingnya menjalin hubungan baik atau menjalin silaturahmi dengan kerabat.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menyambung kekerabatannya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbicara yang baik atau hendaklah ia diam.” (HR al-Bukhari). Hadis tersebut menjelaskan bahwa keimanan seseorang dapat dilihat dari aktivitas silaturahmi.
Apa saja manfaat silaturahmi dalam meningkatkan hubungan keluarga?
Dalam sebuah Hadis disebutkan bahwa manfaat silaturahmi yaitu memperluas rezeki dan memperpanjang usia. Dengan silaturahmi ada komunikasi, sehingga permasalahan ekonomi misalnya dapat tersampaikan. Masalah yang terkomunikasikan akan mendapatkan solusi seperti bantuan, permodalan, atau solusi bisnis. Orang yang bersilaturahmi orang yang suka berkomunikasi, berbagi ilmu, bahkan berbagi beban hidup. Saat bersilaturahmi, kita dapat saling berbagi sesuatu yang menjadi tekanan dan beban hidup, maka fisik dan jiwanya kembali fresh dari tekanan dan persoalan, sehingga berpengaruh pada kesehatan fisik. Itulah makna silaturahmi dapat memperpanjang usia.
Apa masalah yang menyebabkan kegagalan silaturahmi dalam banyak keluarga saat ini?
Pada era digital, kita terbiasa menggunakan alat komunikasi canggih atau handphone. Pada konteks sekarang, HP ibarat pisau yang bisa digunakan sebagai alat komunikasi untuk membangun silaturahmi dan bisa menjadi penyebab kerenggangan silaturahmi karena kontak fisik berkurang. Maka, tergantung pada penggunanya dan kembali pada kepribadian serta tingkat keimanan masing-masing.
Kita harus positive thinking, bahwa kemajuan teknologi memberikan kemudahan bagi aktivitas manusia. Oleh karenanya, harus dimanfaatkan untuk media komunikasi, saling menasihati, dan berbagi ilmu. Agar silaturahmi tetap terjaga lewat pemanfaatan teknologi, maka etika harus tetap dijaga seperti menjaga ucapan, saling menghormati, dan menjaga aib orang lain.
Apa tips Anda dalam mengatasi kerenggangan hubungan antarkeluarga?
Masalah dalam kehidupan keluarga selalu ada, antara orangtua terhadap anak, antarsaudara, antarsuami dengan istri. Maka yang paling penting mencari solusi. Dalam mencari solusi perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: (1) Memberikan kesadaran pentingnya solusi dan hidup harmoni; (2) Mencari seni/teknik mengambil solusi yang tidak menyinggung masing-masing; (3) Solusi yang diambil haruslah win-win solution, memberikan kemenangan dan kenyamanan pada semua pihak.
Dalam kehidupan rumah tangga kami sendiri juga tidak terlepas dari permasalahan dan cobaan. Pada saat terjadi konflik, maka pertama yang diingat tujuan pernikahan yaitu mitsaqan ghalidzan dan pernikahan merupakan ibadah kepada Allah. Kami berdua kebetulan disatukan dalam profesi yang sama, yaitu dosen. Maka pekerjaan yang sama seperti penelitian, pengabdian, kami jadikan sarana untuk membangun sinergi.
Kerenggangan rumah tangga bisa juga terjadi akibat adanya situasi stagnan, sesuatu yang membosankan dalam rumah tangga. Maka komunikasi menjadi kuncinya. Lewat komunikasi ini dapat tercipta kolaborasi. Maksud kolaborasi dalam konteks rumah tangga yaitu kesadaran bersama untuk mencapai tujuan berumah tangga.
Lalu apa saja manfaat silaturahmi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat?
Dalam konteks masyarakat, hendaknya silaturahmi tidak hanya sekadar rutinitas tetapi menjadi hubungan yang produktif berupa memberikan informasi peluang bisnis dan kerjasama. Kadang jalinan kerjasama ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat diawali dengan sesuatu yang sederhana seperti sapaan, berjabat tangan, dan menanyakan kabar. Melalui silaturahmi, terciptanya network, jaringan, hubungan antara satu dengan yang lain. Pada konteks bisnis, maka bisnis itu akan berkembang dan berkelanjutan, jika jaringannya luas. Ulama terdahulu berdakwah melalui kegiatan bisnis. Mereka berhasil menyebarkan Islam, karena tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi juga mengedepankan silaturahmi.
Bagaimana cara melakukan silaturahmi yang baik?
Dalam konsep Islam, pekerjaan itu dimulai dari niat. Silaturahmi itu akan panjang jika melaksanakannya semata-mata karena perintah dari Allah. Berikutnya menumbuhkan kesadaran bahwa eksistensi setiap manusia sejak lahir selalu membutuhkan bantuan orang lain. Bahkan sampai dewasa dan tua, manusia tidak bisa terlepas dari bantuan orang lain.
Hal-hal apa saja yang dapat merusak silaturahmi?
Al-Qur’an menyebutkan bahwa dalam hati ada maradh atau penyakit. Penyakit hati seperti kufur, syirik, iri, dengki, pelit, dan sombong merupakan hal-hal yang dapat merusak hubungan baik atau silaturahmi sesama insan. Agar silaturahmi terjaga dan berkelanjutan, maka setiap individu melakukan penyucian diri (tazkiyah nafs) setiap saat. Terlebih di bulan Ramadhan ini. Kesempatan setiap individu untuk melakukan muhasabah hubungan dengan Khaliq (hablun minallah) dan hubungannya dengan sesama manusia (hablun minannas). Hati yang bersih akan memancarkan nilai spiritual dan nilai kasih dalam kehidupan.
Apa pesan Anda kepada kaum Muslimin, khususnya dalam memanfaatkan momentum Idul Fitri yang identik dengan ajang silaturahmi?
Masyarakat Muslim Indonesia memiliki tradisi unik yaitu halal bihalal pada bulan Syawal usai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Maka tradisi ini harus kita transformasikan untuk mengimplementasikan anjuran al-Qurán dan al-Hadis yaitu membangun hubungan yang baik dengan saling memaafkan orangtua, kerabat, orang terdekat, dan kolega. Hubungan yang harmonis antarindividu akan berdampak pada hubungan yang baik dalam masyarakat dan juga pada kehidupan berbangsa. Maka silaturahmi dapat menjadi kunci sebuah negara untuk menjaga, melakukan, dan melanjutkan pembangunan di segala bidang. []