“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang,” (Surat Annur, Ayat 36)
Sejak zaman Rasulullah Salallahua’laihi Wassalam masjid selalu dimanfaatkan sebagai sarana dalam berbagai hal, mulai dari dakwah, ekonomi hingga politik. Itulah sebabnya, mengapa Rasulullah selalu mendirikan masjid setiap kali berhijrah.
Baginda Rasulullah selalu menjadikan masjid sebagai awal dari kebangkitan umat. Di dalam masjid beliau juga merancang strategi perang, yang hampir seluruh perang yang dilaluinya berakhir pada kemenangan.
Demikian dengan kita sebagai umat Rasulullah SAW, yang diwajibkan atas kita menyiapkan generasi-generasi yang mampu membangkitkan umat. Salah satunya tentunya dengan meramaikan masjid dengan dzikir menyebut Asma Allah.
Dalam beberapa ayat al-Qur’an, Allah Subhanahu Wata’ala telah menyebutkan keutamaan-keutamaan yang harus dilakukan di dalam masjid. Misalnya dalam surat an-Nur ayat 36 yang membahas mengenai dzikir menyebut nama Allah di dalam masjid.
Ayat tersebut juga memerintahkan agar manusia selalu melakukan hal yang baik selama berada di dalam masjid serta tidak melakukan hal tidak bermanfaat, seperti bersenda gurau hingga membicarakan aib orang lain.
Sementara di ayat selanjutnya, Allah SWT menjelaskan tentang orang-orang yang mampu membangkitkan umat. Yaitu orang-orang yang melakukan perniagaan, cerdas dalam berdagang namun tidak meninggalkan kewajiban-kewajibanya kepada Allah.
Mereka selalu mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Sebab dalam zakat ada kekuatan besar untuk membangkitkan umat.
Menunaikan zakat merupakan cara berbagi dan bergotong royong dengan indah. Dengan zakat, akan bisa menguatkan yang lemah, membantu yang membutuhkan, sehingga tercipta umat yang kuat.
Allah selalu memerintahkan hamba-Nya untuk selalu taat kepada-Nya, dan taat bukan saja menjauhi kemaksiatan tapi menjalankan perintah Allah. Bahkan manusia diperintahkan untuk menjauhkan hal-hal yang subhat.
Dalam sebuah hadis disebutkan, seseorang tidak dapat mencapai derajat muttaqin sampai dia meninggalkan sebagian yang halal lantaran takut terjerumus pada yang haram. Berusaha menjauhi yang subhat dengan menjauhi sebagian yang halal.
Allah menciptakan manusia bertingkat-tingkat. Manusia diumpamakan seratus unta dan dari seratus unta tersebut tidak ada yang mampu menanggung berat, kecuali mereka para mujtahid yang kokoh mengokohkan agama Allah.
Oleh sebab itu Allah memerintahkan kita, manusia untuk menyiapkan generasi yang mampu membangkitkan umat. Sebab di antara umat itu akan banyak yang mampu membawa beban berat.
Sekali lagi, bahwa kebangkitan suatu umat akan dimulai dari meramaikan masjid dan untuk mencapai itu, generasi yang meramaikan masjid adalah dengan dzikir dan istighfar dengan doa.
Untuk itu diperlukan dakwah yang kuat dan Allah menegaskan bahwa dakwah atas dasar perencanaan yang matang. Dipimpin secara teratur dan diarahkan agar manusia menjadi generasi yang mampu membangkitkan umat.
Ayat al-Qur’an menjelaskan bahwa membangkitkan umat ini jumlah maksimal namun kekuatan yang dimiliki tidak maksimal. Seperti itulah umat Islam besar dan mempunyai potensi yang besar jumlah maksimal dan harus menjadi daya maksimal pula.
Menjadikan kekuatan umat Islam maksimal, harus dilakukan dengan dimulai melalui kebangkitan umat Islam, termasuk dalam segi ekonomi. Umat Islam harus bersatu dan selalu kompak, sehingga ancaman-ancaman yang ada dapat diselesaikan bersama dengan mudah. []