اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS Yasin: 65)
Ayat lain yang senada dengan ayat di atas yaitu ayat 24 dari surat An-Nur. Allah berfirman:
يَّوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ اَلْسِنَتُهُمْ وَاَيْدِيْهِمْ وَاَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Pada hari, (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Interpretasi para mufasir
Di akhirat kelak, tak satu pun orang yang bisa berbohong. Sebab, ketika mereka berbohong maka pengakuannya akan dibantah oleh anggota tubuhnya sendiri. Tafsir Jalalain Juz 2 hlm 364 menjelaskan bahwa setiap anggota tubuh akan berbicara sesuai yang muncul dari masing-masing anggota. Sebagian anggota akan menjadi saksi dari pengakuan anggota yang lain. Jadi, besok di hari kiamat tidak ada yang dapat ditutup-tutupi. Semua akan ditanyakan oleh Allah SWT dan dimintai pertanggungjawaban.
Imam Ath-Thobary dalam Tafsir Ath-Thobary menjelaskan bahwa lisan orang musyrikin kelak di hari kiamat akan dikunci oleh Allah SWT. Tangan mereka yang akan berbicara dan paha bagian kaki kiri mereka yang akan menjadi saksinya atas kemaksiatan yang telah dilakukan semasa hidup.
Adapun Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa di hari kiamat orang kafir dan orang munafik akan mengingkari perbuatan dosa yang telah mereka lakukan di dunia. Bahkan mereka bersumpah bahwa tidak pernah melakukan perbuatan maksiat. Saat itulah Allah mengunci mulut mereka sehingga tidak bisa berbicara lagi. Lalu tangan mereka yang diperintah untuk berbicara dengan disaksikan oleh anggota tubuh yang lain. Inilah keadaan orang-orang kafir dan munafik di hari Kiamat. Ketika mereka mengingkari kejahatan yang mereka lakukan di dunia, dan mereka bersumpah atas apa yang mereka lakukan.
Menurut Imam al Qusyairi dalam kitabnya Lathaif al-Isyarat, pada hari kiamat Allah akan membiarkan seluruh tubuh bersaksi satu sama lain dengan mulut yang dibungkam. Kedua tangan dan kaki merekalah yang akan bersaksi dan berbicara atas apa yang selama ini telah mereka perbuat di dunia.Tidak hanya kedua tangan dan kaki, namun seluruh anggota tubuh mereka akan bersaksi atas apa yang telah dilakukan selama di dunia.
Kesaksian tersebut tidak hanya berkaitan dengan kebaikan, tapi juga tentang kemaksiatan yang telah diperbuat. Bagi orang-orang kafir, tubuhnya akan bersaksi dengan penuh kesedihan dan penyesalan.
Al-Zamakhsyari menerangkan bahwa ayat ini masih berkaitan dengan ayat sebelumnya yakni mengenai orang-orang kafir dan para penghuni neraka. Ketika hari kiamat, mereka menyanggah dan tidak mengakui segala perbuatannya. Kemudian bersaksilah orang-orang terdekatnya termasuk tetangga dan keluarga-keluarganya. Orang-orang yang bersaksi tersebut bersumpah bahwa orang kafir ini tidak sekali-kali menjadi musyrik. Lalu tertutuplah mulut-mulut mereka semua karena kebohongannya. Kemudian berbicaralah tangan dan kaki mereka.
Dalam Tafsir Jalalain Juz 2 hlm 364 dijelaskan bahwa ayat tersebut menjadi jawaban atas pernyataan orang kafir.
Allah berfirman:
ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ اِلَّآ اَنْ قَالُوْا وَاللّٰهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِيْنَ
“Kemudian tidaklah ada jawaban bohong mereka, kecuali mengatakan, “Demi Allah, ya Tuhan kami, tidaklah kami mempersekutukan Allah.” (QS Al-An’am: 23)
Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya (Tafsir Al-Qurthuby) menjelaskan bahwa ada empat alasan yang menyebabkan mulut orang yang dimurkai Allah SWT terkunci. Pertama, karena ucapan atau sumpah mereka sendiri. Mereka berkata, “Demi Allah, wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami tidak termasuk orang musyrik” sehingga Allah SWT mengunci mulut mereka.
Kedua, agar ahlul mauqif bisa mengenali dan memiliki ciri berbeda dengan mereka. Ketiga, karena penyaksian anggota yang tidak bisa berbicara lebih terpercaya dibandingkan dengan anggota yang dapat berbicara.
Keempat, supaya dibuat maklum bahwa anggota tubuh yang ikut membantu melaksanakan maksiat, nanti akan menjadi saksi perbuatan tersebut.
Nilai-nilai pendidikan
QS Yasin ayat 65 tersebut di atas mengandung sejumlah nilai pendidikan. Pertama, mendidik hambanya agar senantiasa berbuat baik untuk mempersiapkan kehidupan yang abadi.
Kedua, mengajarkan hambanya agar senantiasa berhati-hati dalam menjaga lisan, perbuatan dan lain-lain karena semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.
Ketiga, agar kita senantiasa memohon ampun kepada Allah atas semua kesalahan yang telah terjadi dan terus berusaha mencari ridha dan rahmat Allah.
Kisah awal mulut terkunci
Imam Ibnu Jarir al-Thabari meriwayatkan dari Ya’qub bin Ibrahim dari Ibnu ‘Ulayah dari Yunus bin ‘Ubaid dari Humaid bin Hilal dari Abu Burdah dari Abu Musa, katanya: “Seorang Mukmin dipanggil untuk dihisab pada hari kiamat, kemudian Tuhannya menampakkan amal perbuatannya dan Mukmin tersebut mengingatnya dan berkata, ‘Ya, saya melakukan ini, ini , ini.’ Kemudian Allah SWT mengampuni dosa-dosanya sehingga umat manusia tidak melihat dosa-dosa itu dan menampakkan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuatnya.”
“Orang kafir dan munafik pun dipanggil untuk dihisab. Tuhannya kemudian menampakkan segala perbuatannya, tetapi mereka mengingkarinya. Orang kafir itu pun berkata, “Tuhanku demi kemuliaan-Mu, malaikat ini telah mencatat apa yang tidak aku perbuat.”
Malaikat pencatat itu pun menimpali, “Bukankah kamu melakukan ini di hari ini di tempat ini?”
Orang itu pun berkata lagi, “Tidak. Aku tidak melakukan itu.” Maka ketika itu mulutnya tertutup rapat dan berbicaralah seluruh anggota badannya.
Anggota tubuh yang pertama kali berbicara berdasarkan hadis Nabi SAW yaitu paha kaki kiri. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ؛ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ أَوَّلَ عَظْمٍ مِنَ الْإِنْسَانِ يَتَكَلَّمُ يَوْمَ يُخْتَمُ عَلَى الْأَفْوَاهِ، فَخِذُهُ مِنَ الرِّجلِ الْيُسْرَى
“Dari Uqbah ibnu Amir RA, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya anggota tubuh manusia yang mula-mula berbicara di hari semua mulut dibungkam yaitu paha kaki kirinya.” (HR Imam Muslim)
Lalu siapa saja yang akan menjadi saksi ketika manusia dimintai pertanggungjawaban? Pertama, badan kita sendiri. Allah SWT berfirman:
وَيَوْمَ يُحْشَرُ اَعْدَاۤءُ اللّٰهِ اِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوْزَعُوْنَ(١٩) حَتّٰىٓ اِذَا مَا جَاۤءُوْهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَاَبْصَارُهُمْ وَجُلُوْدُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ(٢٠) وَقَالُوْا لِجُلُوْدِهِمْ لِمَ شَهِدْتُّمْ عَلَيْنَا ۗقَالُوْٓا اَنْطَقَنَا اللّٰهُ الَّذِيْٓ اَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَّهُوَ خَلَقَكُمْ اَوَّلَ مَرَّةٍۙ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ(٢١) وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُوْنَ اَنْ يَّشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَآ اَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُوْدُكُمْ وَلٰكِنْ ظَنَنْتُمْ اَنَّ اللّٰهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيْرًا مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ(٢٢)
Artinya: “Dan (ingatlah) pada hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke neraka lalu mereka dipisah-pisahkan. (19) Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah mereka lakukan. (20) Dan mereka berkata kepada kulit mereka, ‘Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?’ (Kulit) mereka menjawab, ‘Yang menjadikan kami dapat berbicara ialah Allah, yang (juga) menjadikan segala sesuatu dapat berbicara, dan Dialah yang menciptakan kamu yang pertama kali dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.’ (21) Dan kamu tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu ) bahkan kamu mengira Allah tidak mengetahui banyak tentang apa yang kamu lakukan. (22)” (QS Fussilat: 19-22)
Al-Baghawi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa anggota badan akan bisa berbicara untuk menyampaikan apa yang diperbuat oleh manusia, yang tidak disampaikan oleh lisannya. Sedangkan Muqatil mengatakan, setiap anggota badan akan bisa berbicara untuk menyampaikan apa yang disembunyikan oleh lisannya.
Tafsir As-Sa’di menyebutkan bahwa anggota badan akan bersaksi memberatkan manusia. Setiap anggota badan akan mengatakan, “Saya telah melakukan ini dan itu, pada hari ini dan itu”. Dan dikhususkan tiga anggota badan dalam ayat ke-20 (pendengaran, penglihatan, dan kulit) karena merekalah yang paling banyak berbuat dosa. Adapun Imam As-Suddi dan sejumlah ulama mengatakan, yang dimaksud dengan “kulit” pada ayat ke-21 yaitu farji (kemaluan).
Abu Bakr Al-Asham mengatakan bahwa ada sepuluh anggota tubuh manusia yang akan berbicara pada hari kiamat kelak. Kesepuluh anggota tubuh itu yaitu: dua telinga, dua mata, dua kaki, dua tangan, kulit, dan lisan.
Kedua, malaikat penggiring dan malaikat saksi. Allah SWT berfirman:
وَجَاۤءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّعَهَا سَاۤىِٕقٌ وَّشَهِيْدٌ(٢١) لَقَدْ كُنْتَ فِيْ غَفْلَةٍ مِّنْ هٰذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاۤءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيْدٌ(٢٢) وَقَالَ قَرِيْنُهٗ هٰذَا مَا لَدَيَّ عَتِيْدٌۗ(٢٣)
”Setiap orang akan datang bersama (malaikat) penggiring dan (malaikat) saksi. (21) Sungguh, kamu dahulu lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam. (22) Dan (malaikat) yang menyertainya berkata, “Inilah (catatan perbuatan) yang ada padaku. (23)” (QS Qaf: 21-23)
Ketiga, Rasul akan menjadi saksi bagi umatnya. Allah SWT berfirman:
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ شَهِيْدًا عَلَيْهِمْ مِّنْ اَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيْدًا عَلٰى هٰٓؤُلَاۤءِۗ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتٰبَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً وَّبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِيْنَ ࣖ
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (Muslim).” (QS An-Nahl: 89)
Keempat, bumi akan menjadi saksi. Allah SWT berfirman:
يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا
“Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” (QS Al-Zalzalah: 4)
Nabi SAW bersabda:
إِنَّ أَخْبَارَهَا أَنْ تَشْهَدَ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ أَوْ أَمَةٍ بِمَا عَمِلَ عَلَى ظَهْرِهَا أَنْ تَقُولَ عَمِلَ كَذَا وَكَذَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا قَالَ فَهَذِهِ أَخْبَارُهَا
“Sesungguhnya yang diberitakan oleh bumi ialah bumi jadi saksi terhadap semua perbuatan manusia, baik laki-laki maupun perempuan yang telah mereka perbuat di muka bumi. Bumi itu akan berkata, “Manusia telah berbuat begini dan begitu, pada hari ini dan hari itu. Inilah yang diberitakan oleh bumi.” (HR Tirmidzi No. 2429)
Ibnu Taimiyah berkata, “Itulah perkara yang disaksikan. Manusia saat itu mengetahui hal itu. Namun yang mengherankan bukanlah berita yang dibicarakan oleh bumi. Yang mengherankan ialah yang mengabarkan berita tersebut yaitu bumi (yang hanya benda mati), bukan pada beritanya yang menimbulkan decak kagum. Sebagaimana juga nantinya anggota tubuh manusia akan menjadi saksi bagi dirinya pada hari kiamat.” (An-Nubuwaat karya Ibnu Taimiyah, hlm 222).
Ibnul Qayyim berkata, “Sungguh orang yang senantiasa berdzikir ketika berada di jalan, di rumah, di saat mukim, di saat safar, atau di berbagai tempat, itu akan membuatnya mendapatkan banyak saksi di hari kiamat. Karena tempat-tempat tadi, rumah, gunung dan tanah, akan menjadi saksi bagi seseorang di hari kiamat.” (Al-Wabil Ash-Shayyib wa Rafi’ Al-Kalim Ath-Thayyib, hlm 197)
Lalu bagaimana cara mempersiapkan amal terbaik untuk menghadapi hari kiamat? Berikut beberapa tips yang bisa kita lakukan. Pertama, mengingat kematian. Rasulullah SAW bersabda:
يَا رَسُوْلَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ أَفْضَلُ ؟ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ، قَالَ : فَأَيُّ اْلمُؤْمِنِيْنَ أَكْيَسُ ؟ قَالَ : أَكْثرُهُمْ لِلْمَوتِ ذِكْرًا ، وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا ، أُولئِكَ الْأَكْيَاسُ
“Wahai Rasulullah, orang Mukmin mana yang paling utama?” Nabi menjawab, “Yang paling baik akhlaknya.” Orang Anshar bertanya lagi, “Lalu orang Mukmin mana yang paling cerdas?” Nabi menjawab, “Yang paling banyak mengingat mati, dan yang paling baik dalam menyiapkan bekal untuk akhiratnya. Itulah orang-orang yang cerdas.” (HR Ibnu Majah No 3454, dihasankan Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah)
Kedua, bekerja di dunia karena Allah agar kelak tidak merugi. Allah SWT berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ اَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan.” (QS Hud: 15)
Ketiga, jangan lalai di dunia sehingga menyesal di akhirat. Allah SWT berfirman:
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُ ۖوَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Hud: 16)
Keempat, jangan mengikuti sesuatu yang tidak kita ketahui. Allah SWT berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra: 36)
Kelima, berlomba-lomba menuju ridha dan rahmat Allah. Allah SWT berfirman:
وَلَوْ نَشَاۤءُ لَطَمَسْنَا عَلٰٓى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبْصِرُوْنَ
“Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?” (QS Yasin: 66)
Keenam, memanfaatkan usia dengan baik. Allah SWT berfirman:
وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ
”Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?” (QS Yasin: 68)
Ketujuh, rajin berinfak dan tidak menjatuhkan diri kepada kebinasaan serta berbuat baik. Allah SWT berfirman:
وَاَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَاَحْسِنُوْا ۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
“Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-Baqarah: 195)
Kisah mengutamakan amal dan keteladan
Menurut satu riwayat, dikisahkan bahwa Syekh Abdul Qadir Al Jilani mempunyai seorang sahabat yang mempunyai budak lelaki. Budak sahabatnya ini telah lama memimpikan untuk hidup merdeka, lepas dari ikatan perbudakan. Namun, ia tak berani menyampaikan keinginan dan cita-citanya tersebut kepada majikan. Suatu ketika, si budak berinisiatif, ia minta tolong kepada Syekh Abdul Qadir untuk memberi saran kepada sang majikan supaya memerdekakannya.
Ditunggu sehari dua hari, si budak tak segera mendapat berita kemerdekaan. Sepekan-dua pekan, sebulan-dua bulan, kabar gembira itu juga tak kunjung datang. Namun, setelah setahun berlalu, ia baru dimerdekakan oleh majikannya. Ia mengetahui kemudian bahwa kemerdekaan pribadinya tidak lepas dari saran Syekh Abdul Qadir. Merasa penasaran, budak yang telah merdeka ini menemui Syekh Abdul Qadir.
“Ya Syekh, apa gerangan yang mendorong engkau untuk menyampaikan permintaan saya yang setahun lalu dan sekarang baru saja engkau laksanakan?” tanya budak.
“Begini, selama ini aku tak pernah memberi saran atau menasihati seseorang dengan suatu hal yang aku sendiri belum pernah melaksanakannya. Nah, kau minta aku untuk menasihati majikanmu agar dia membebaskanmu, sedangkan aku sendiri selama ini belum pernah memerdekakan budak karena memang aku tak punya budak. Maka, aku harus memerdekakan budak dulu dengan cara aku menabung sampai setahun dengan uang yang cukup untuk membeli budak. Selepas aku mampu membeli, baru kemudian aku merdekakan. Setelah itu, aku berani memberi saran orang lain untuk memerdekakan budak.”
Nasihat-nasihat model Syekh Abdul Qadir di atas, sekarang ini semakin jarang kita temukan. Padahal, sebuah nasihat yang memang didasari dengan hati yang tulus akan menembus kepada hati. Jika nasihat keluar dari hati, maka akan mendarat, menancap di relung hati. Sedangkan bila keluar hanya dari lisan, tidak dari dalam hati, maka nasihatnya tak akan menembus relung hati dan hanya sebatas telinga saja. Artinya tak akan sampai ke dalam hati dan bisa mengubah perilaku seseorang menjadi lebih baik dan dekat pada Allah.
Mari kita ambil contoh orang-orang baik serta mari kita tebar contoh-contoh kebaikan kepada anak cucu kita, orang-orang sekitar kita. Kita niatkan bahwa kita sedang menanam benih kebaikan untuk orang lain. Dan pada akhirnya jika kebaikan yang kita tanam itu diambil pelajaran oleh orang lain dan diajarkan kepada orang lain lagi, maka meski kita sudah tidak lagi di dunia ini, kita akan selalu memanen pahala tanaman amal baik kita.
اللَّهُمَّ حَاسِبْنِيْ حِسَابًا يَسِرًا
“Ya Allah, hitunglah setiap amalku dengan perhitungan yang mudah.” (HR Ahmad, Al-Hakim).[]