Bagaimana kemajuan dunia dapat tercapai kalau tidak dengan ilmu dunia pula, yaitu ilmu pengetahuan dan sains. Padahal kita tahu, negara-negara yang sudah maju ini tidak disuruh atau dianjurkan oleh agamanya untuk menuntut ilmu pengetahuan dan sains. Namun, mereka tak pernah merasa puas dan cukup, apalagi berhenti untuk terus berinovasi mengembangkan ilmu pengetahuan dan sains. Karena itu, mereka mampu mengusai sumberdaya alam yang ada. Mereka terus bereksplorasi dan melakukan penelitian. Bahkan, manusia sudah mampu mendarat di bulan dan berusaha menemukan kehidupan di planet lain.
Sekarang mari kita bandingkan sedikit pertumbuhan industri transportasi negara maju dengan Indonesia. Ketika Indonesia masih memakai pedati sebagai alat transportasi, negara-negara maju sudah mulai menggunakan mobil. Pada masa sebelum kemerdekaan, kita sudah terheran-heran dengan mobil ini. Betapa bagus dan cepatnya mobil ini. Kemudian masuk kereta api ke Indonesia. Kita terheran-heran lagi. Kita menyangka kereta api ini dijalankan oleh jin. Kemudian, muncul pesawat terbang. Kita lebih heran lagi. Demikianlah. Ilmu pengeta[1]huan dan sains berkembang dengan cepat. Sudah cukup kita terheran-heran dengan perkembangan pedati, mobil, pesawat terbang, kapal selam, kereta cepat, mesin-mesin pabrik, dan seterusnya ini. Sudah cukup umat Islam menjadi penonton, takjub, dan mengagung-agungkan bangsa lain.
Kini saatnya bangkit. Bagi orang yang pesimis mungkin akan berkata, tak lama lagi kita meninggal dunia, untuk apa sibuk dengan dunia. Tapi bagaimana nasib anak cucu kita nanti? Umat Islam tidak bisa berpangku tangan begitu saja karena Islam telah memerintahkan dan menganjurkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sains. Kita berdosa kalau tak tahu ilmu dunia dan akhirat. Anehnya, justru kini umat Islam yang mundur, miskin, terpecah-belah, kotor, hina, terbelakang, tak berbudaya, dan seterusnya. Kini bangsa-bangsa lain tumbuh dengan cepat mengepung kita dari muka, belakang, kiri, dan kanan. Mereka menguasai percaturan global. Namun, kita masih belum insaf dan sadar, belum mau bergerak, dan tak mau merapatkan barisan untuk segara mengambil tindakan cepat dan konkret untuk mengejar ketertinggalan ini agar kita sejajar dengan bangsa lain.
Kita tak menyeru yang sudah bergerak dan sadar, yang sudah berusaha dengan sekuat tenaga, tetapi kita harus ingat dengan umat Islam yang tinggal di pelosok dan daerah terpencil, jauh dari pusat keramaian dan kemajuan teknologi. Untuk itu, kita harus mengunggah semangat mereka, ini harus dikampanyekan seluas mungkin. Kapan umat Islam ini bisa mengejar ketertinggalan, maju dan sejahtera, setara dengan bangsa-bangsa lain. Jangan putus asa!
Kalau kita bicara tentang pendidikan dan pengajaran, terutama terkait dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan sains, maka kita bicara tentang dasar, fondasi, dan asas kemajuan lahir dan batin. Dan Islam mewadahi itu. Untuk meraih sesuatu, memang tidak bisa datang begitu saja tanpa kerja keras dan kerja cerdas. Kita tidak bisa berdoa menengadahkan tangan mengharapkan emas berlian turun dari langit. Itu mustahil terjadi. Karena itu, harus ada langkah konkretnya.
Kesimpulannya, meski sulit dan dengan segala keterbatasan, kita harus terus-menerus berusaha mencapai kemajuan ilmu pengetahuan dan sains ini. Caranya, anak-anak harus sekolah, tidak ada yang boleh putus sekolah. Dirikanlah sekolah-sekolah untuk mendidik generasi yang siap menghadapi tantangan zamannya. Kalau tidak mampu mendirikan sekolah-sekolah, bantulah umat Islam yang mendirikan sekolah, baik berupa tenaga, pikiran, maupun harta benda. Jangan lupa, tanamkan kepada anak-anak didik kita agar meneruskan sekolah setinggi-tingginya dan menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan dan sains di berbagai bidang. Dengan begitu, umat Islam akan maju dan kesejahteraannya semakin meningkat. Ingat, hanya dengan pendidikan kita mampu keluar dari keterpurukan ini. Camkan itu! []