London, Gontornews — Sebuah laporan lembaga kesehatan dunia menunjukkan banyak warga Eropa dengan HIV AIDS tidak terdiagnosis karena turunnya tingkat pengujian selama pandemi Covid-19. Laporan dua lembaga kesehatan dunia yaitu Badan kesehatan dunia (WHO) dan pusat pencegahan dan pengendalian penyakit Eropa (ECDC) tersebut sekaligus mengancam tujuan global untuk mengakhiri penyakit tersebut pada tahun 2030 mendatang.
Laporan tersebut juga menunjukkan hanya ada seperempat lebih sedikit diagnosa HIV AIDS dibandingkan diagnosa serupa di masa sebelum pandemi. Dua negara, Rusia dan Ukraina, menjadi negara dengan infeksi HIV AIDS tertinggi di Eropa.
“Kemungkinan pengurangan pengujian dan tuntutan tambahan karena pandemi Covid-19 pada sektor klinis dan lembaga kesehatan masyarakat berdampak pada deteksi kasus pada tahun 2020 dan 2021. Kami yakin, hal ini masih terus berlanjut bahkan hingga hari ini,” ungkap pakar HIV AIDS ECDC Anastasia Pharris dalam jumpa pers Rabu 30 November 2022.
Laporan tersebut menggunakan pendekatan ‘modelling’ untuk memprediksi jumlah perkiraan infeksi dan membandingkannya dengan data pengujian oleh 46 dari 53 negara di wilayah Eropa. Hasilnya, WHO memperkirakan satu dari delapan orang warga Eropa hidup dengan HIV AIDS tanpa terdiagnosis.
Terganggunya tes HIV AIDS selama pandemi menjadi bahasan yang sangat penting mengingat semakin lama periode waktu antara infeksi dan diagnosis, semakin tinggi pula tingkat keparahan penyakit atau kematian. Tidak hanya itu, minimnya diagnosa juga semakin meningkatkan kemungkinan seorang individu terinfeksi HIV AIDS untuk menularkan virus tersebut ke pasangannya. [Mohamad Deny Irawan]