Azaz, Gontornews — Badan PBB untuk pendidikan dan anak-anak, UNICEF, mengatakan bahwa selama pepearangan di Suriah berlangsung, 7.000 sekolah hancur. Akibatnya, 2 juta anak dikabarkan putus sekolah dan terancam mengalami buta huruf atas buruknya sarana pendidikan di Suriah akibat perang.
Seorang guru di Suriah, Ahmad al Hilal, mengatakan bahwa anak-anak di Suriah mengalami buta huruf. βAnak-anak ini menderita buta huruf. Mereka tidak membaca atau menulis. Mereka tidak memiliki siapa pun untuk membantu mereka (lepas dari kondisi buta huruf),β ungkap Hilal yang mengajar lebih dari 140 anak di 3 tenda pengungsian Suriah dekat perbatasan Azaz.
βKami membeli beberapa buku dan sejumlah Alquran dan mengajari mereka di dalam kamp,β tambah Hilal yang mengungsi dari tempat tinggalnya di Abu Dahur, Idlib.
Setidaknya, lebih dari 350.000 perempuan dan anak-anak melarikan diri dari Suriah sejak Desember lalu akibat perang saudara.
βKami datang ke sini sebagai pengungsi. Tidak ada lagi sekolah karena serangan udara. Jadi kami belum pergi ke sekolah tetapi kami belajar di kamp di sini,β ungkap seorang anak berumur 14 tahun, Khaled, kepada Reuters.
Selain mengajar di beberapa kamp tenda pengungsian, sejumlah sukarelawan bahkan mengubah bus sekolah menjadi Bus pengetahuan.
Di dalam bus, sekitar 50 anak perempuan dan laki-laki mengambil pelajaran matematika, bahasa Arab, agama hingga keterampilan hidup.
βAnak-anak tidak dapat pergi ke sekolah-sekolah di kota. Jadi kami mendatangkan bus untuk memberikan pengetahuan dan memberikan mereka materi pembelajaran seperti membaca, menulis dan matematika dasar,β jelas pengungsi Suriah, Mawiya Shular.
βPerasaan terlantar juga memberi saya motivasi untuk bekerja dengan anak-anak ini. saya ingin mengeluarkan anak-anak ini dari rasa keterasingan mereka,β pungkas Shular. [Mohamad Deny Irawan]