Chicago, Gontronews — Peneliti dunia terus melakukan penelitian seputar mutasi virus korona. Badan kesehatan dunia, WHO, bahkan telah memberikan sistem penamaan alphabet untuk menamakan mutasi virus korona yang telah tersebar ke sejumlah negara.
Akibatnya, sejumlah peneliti menduga apakah mutasi virus penyebab Covid-19 tersebut memiliki cara penularan yang lebih baik ketimbang varian sebelumnya atau mampu menghindar dari perlindungan vaksin.
Untuk saat ini, para peneliti fokus pada varian Delta asal India yang sangat menular sekaligus paling mengkawatirkan. Varian ini mampu menyerang populasi yang tidak mendapatkan vaksin dan memiliki kemampuan infeksi kepada kelompok penerima vaksin ketimbang varian sebelumnya.
WHO mengklasifikan varian Delta sebagai varian kekhawatiran karena kemampuannya dalam memperparah gejala hingga mengurangi manfaat vaksin dan perawatan.
Virolog asal La Jolla Institute for Immunology, San Diego, menjuluki varian Delta sebagai kekuatan super karena tingkat penularannya yang luar biasa. Peneliti Cina bahkan mengonfirmasi temuan bahwa mereka yang terinfeksi varian Delta mampu ‘membawa’ 1.260 kali lebih banyak virus korona ketimbang varian sebelumnya. Mereka menemukan varian Delta pada hidung pasien yang terinfeksi.
Sementara itu, peneliti Amerika Serikat menyebut angka “viral load” penerima vaksin yang terinfeksi varian Delta setara dengan mereka yang belum mendapatkan vaksin. Meski demikian, Reuters melansir, banyak pihak menyerukan penelitian lebih lanjut tentang varian ini.
Varian asli virus korona membutuhkan waktu hingga tujuh hari untuk menyebabkan gejala. Tapi varian Delta mampu menyebabkan gejala dua hingga tiga hari lebih cepat. Beberapa informasi yang beradar menyebut varian Delta telah bermutasi menjadi Delta Plus yang disebut-sebut mampu menghindari perlindungan vaksin.
Selain varian Delta, WHO juga memantau beberapa varian baru yang telah terkonfirmasi yaitu varian Lambda asal Peru, varian B1621 asal Kolombia, varian E484K, N501Y dan D614G serta varian baru asal Florida yang belum bernama. [Mohamad Deny Irawan]