Marawi, Gontornews — Jumlah korban pertempuran antara para pejuang Islam –yang menurut pemerintah Filipina terkait ISIS– dengan tentara Filipina di Pulau Mindanao terus bertambah. Hari ini, Ahad (28/5), 19 warga sipil tewas.
Sumber militer menyebutkan, jumlah korban tewas dalam satu minggu ini menjadi hampir 100 orang.
Kekerasan tersebut mendorong Presiden Rodrigo Duterte mengumumkan darurat militer pada hari Selasa di sepertiga bagian selatan Filipina untuk menumpas apa yang dia katakan sebagai ancaman “militan” yang berkembang cepat terkait dengan ISIS.
Pasukan keamanan berusaha menumpas pemberontak kelompok bersenjata Maute dan Abu Sayyaf, yang telah menyatakan kesetiaan kepada ISIS.
Pihak berwenang mengatakan bahwa para pejuang tersebut telah membunuh 19 warga sipil di Marawi, sebuah kota berpenduduk 200.000 orang dengan mayoritas Muslim.
Ini termasuk delapan pria yang diyakini terbunuh dini hari pada hari Ahad pagi dan jasadnya dilemparkan ke jurang di sepanjang jalan raya, hanya berjarak 200 meter dari sebuah pos pemeriksaan militer di kota tersebut, kata polisi.
Kebanyakan dari mereka yang tewas tertembak di bagian kepala dan beberapa dengan tangan terikat di belakang punggung mereka. Mereka adalah buruh yang dicegat oleh para pejuang saat mencoba melarikan diri dari pertempuran.
“Pasukan juga menemukan mayat tiga wanita, empat pria dan satu anak di dekat sebuah universitas negeri di Marawi pada hari Sabtu (27/5),” kata Brigadir Jenderal Restituto Padilla seperti dikutip Aljazeera.
“Kami menemukan mayat mereka saat melakukan operasi penyelamatan [pada hari Sabtu],” kata jurubicara militer regional Letnan Kolonel Jo-ar Herrera kepada kantor berita AFP.
Dua korban lainnya adalah pegawai sebuah rumah sakit yang dikuasai oleh pejuang pada hari pertama kekerasan tersebut, kata polisi. [Rusdiono Mukri]