Jakarta, Gontornews — Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma’ruf Amin menyampaikan pidato pembukaan (iftitah) forum International Summit of the Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) yang diselenggarakan oleh PBNU di Jakarta Convention Center, Senin (9/5).
Dalam pidato yang disampaikan dalam bahasa Arab, Kiai Ma’ruf menjelaskan adanya dua model kelompok ekstremis dalam memahami ajaran agama Islam. Kedua kelompok ini sama-sama berbahaya dan tidak layak diikuti.
Pertama adalah kelompok yang kaku dan keras dalam memahami agama. Mereka adalah orang-orang yang terpaku hanya pada satu pendapat dalam menentukan masalah halal dan haram, mengambil hukum secara tekstual tanpa membandingkan dengan pendapat atau dalil lain.
Mereka ini memperluas lingkaran hukum haram, mengacuhkan tujuan diadakannya hukum atau maqashid syariah.
“Mereka membawa umat pada kesulitan, dan mempersulit apa yang Allah mudahkan, juga mempersempit apa yang agama lapangkan, tidak mengenal kemudahan. Mereka ini tidak menerima pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya, dan berpendapat bahwa semua yang tidak beragama Islam wajib dibunuh hingga masuk Islam atau memberikan jizyah (upeti). Mereka ini berpendapat bahwa hubungan Muslim dan non-Muslim pada aslinya adalah pertempuran atau permusuhan, bukan kedamaian dan hidup berdampingan,†papar Ma’ruf.
Kedua, merupakan kebalikan dari yang pertama. Mereka terlampau menggampangkan segala hal. Mereka beranggapan tidak ada kepastian-kepastian dalam agama, tetapi semuanya bisa ditinjau ulang.
Mereka ini terlalu silau dengan Barat dan tunduk patuh pada barat, seakan Islam itu harus mengikuti Barat, baik falsafahnya maupun cara hidupnya.
“Di tangan mereka agama menjadi lunak dan lembek yang dapat mereka bentuk sesuai keinginannya. Mereka menolak fiqh, ushul dan para imamanya, dan bermain-main dengan hadis dan mengingkari bahkan mengacuhkan al-Qur’an dan tafsirnya,†tegasnya seperti dilansir nu.or.id, Senin (9/5).
Kedua kelompok ini merupakan gambaran kelompok yang berlebihan yang tersebar luas di banyak negara Islam. Mereka menggunakan media informasi modern dalam upaya menipu sebagian besar umat islam, terutama pemudanya. Untuk membatasi kelompok ini seyogyanya kita juga menggunakan media informasi lainnya.
Kiai Ma’ruf mengatakan, dakwah Islam moderat merupakan dakwah keberagamaan yang menjaga kemudahan bukan menyulitkan, memberi kabar gembira bukan hanya menakut-nakuti, dengan lemah lembut bukan kasar, saling mengenal bukan menjauhkan, toleransi bukan fanatisme golongan, isi bukan bungkus, yang menerima pembaruan tidak kaku, jelas tidak kabur, moderat bukan berlebihan dan menggampangkan, tidak fundamentalis dan liberalis.
Ia menambahkan, kehadiran para tokoh pemimpin Islam dari berbagai negara dalam konferensi internasional ISOMIL ini bertujuan menjaga gerakan dakwah moderat di lingkungan negara masing-masing sehingga tercipta umat Islam yang moderat di seluruh penjuru dunia terutama di negara-negara Muslim. [Fathurroji/Rus]