Siapa bilang alumni pesantren tidak bisa bersaing. Buktinya, tidak sedikit alumni pesantren yang mengambil bidang-bidang ilmu umum saat melanjutkan studi di perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negeri.
Dahulu, para alumni pesantren yang melanjutkan studi di Universitas al-Azhar Mesir kebanyakan mengambil studi keislaman. Namun pada tahun ajaran 2019-2020 lalu, ada 26 alumni pesantren yang menjadi mahasiswa perdana asal Indonesia yang studi di Fakultas Kedokteran sepanjang sejarah sepuluh abad Universitas al-Azhar.
Untuk menempuh kedokteran, arsitektur, jurusan sains lainnya, al-Azhar menyaratkan ijazah yang disetarakan dalam bidang sains. “Beberapa pesantren telah mendapatkan penyetaraan itu dari al-Azhar, di antaranya Gontor, Darunnajah, dan Tazakka serta beberapa pesantren lain,” ujar Ghifaria, mahasiswa penerima beasiswa al-Azhar.
Sidang Majelis Tinggi al-Azhar pada tanggal 22 September 2021 lalu telah menetapkan lagi muadalah (penyetaraan) ijazah bagi tiga lembaga pendidikan Islam di Indonesia dengan ijazah Ma’had Buus Islamiyah al-Azhar (sederajat SMA). Hasil keputusan itu disampaikan secara resmi melalui KBRI Kairo pada 22 September 2021.
Sesuai isi surat tersebut, tiga lembaga pendidikan Islam yang mendapat muadalah yaitu Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogyakarta, Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, dan Pondok Pesantren Diniyah Formal (PDF) yang berada di bawah pembinaan Kementerian Agama Republik Indonesia.
Khusus untuk MBS dan Madrasah Muallimin Muhammadiyah, penyetaraan ijazah diberikan pada program IPS (ilmu sastra dan humaniora) dan IPA (ilmu eksakta), sedangkan untuk PDF penyetaraan diberikan pada program IPS. Dengan demikian, ada 9 lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang meraih muadalah ijazah dari al-Azhar.
Sedangkan enam lembaga pendidikan lainnya yang telah disetarakan sebelumnya yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta, Pondok Modern Tazakka Batang, Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya, Pondok Modern al-Ikhlas Kuningan, dan Madrasah Nurul Falah Jakarta.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag RI, Waryono Abdul Ghafur menjelaskan, kurikulum PDF terdiri atas kurikulum pesantren dan kurikulum pendidikan umum. Saat ini ada 119 Pendidikan Diniyah Formal yang diselenggarakan pondok pesantren di Indonesia.
Waryono Abdul Ghafur juga membantah bahwa lulusan pesantren tidak bisa masuk jurusan kedokteran di perguruan tinggi di Tanah Air. “Ada seribuan alumni pesantren yang mengambil jurusan kedokteran. Jika ada perguruan tinggi yang menolak, itu tidak benar,” katanya dalam diskusi bersama media di Jakarta Pusat, Kamis (3/2/2022).
Jadi, alumni pesantren sebenarnya bisa mengakses semua program studi asalkan sesuai persyaratan yang berlaku. Misalnya, harus lulusan IPA berarti lulusan IPS tidak bisa melanjutkan ke kedokteran. Jika ada perguruan tinggi yang menolak, bisa saja perguruan tinggi yang menolak alumni pesantren itu tidak mengetahui Undang-Undang Pesantren.
Penerimaan mahasiswa baru telah resmi dibuka 4 Januari 2022 lalu. Namun, ada banyak pertanyaan apakah alumni pesantren bisa ikut Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Apakah lulusan pesantren bisa memilih jurusan eksakta, seperti kedokteran dan teknik.
Ketua Pelaksana Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) 2022 Prof Budi Prasetyo Widyobroto mengungkapkan itu tergantung kebijakan rektor, LTMPT hanya memfasilitasi siswa yang ingin masuk PTN. “Rektor yang paling menentukan, apakah lulusan pesantren bisa memilih jurusan eksakta,” ujarnya dalam sebuah konferensi pers, Selasa (4/1/2022).
Meski kerap dipandang sebelah mata, pesantren terbukti banyak melahirkan orang hebat. Selain menjadi tokoh agama, menteri, gubernur, walikota, bupati, pengusaha, ada alumni pesantren yang menjadi dokter dan tentara. Ini menunjukkan pesantren telah teruji dan mampu melahirkan sosok tangguh dan dapat diterima di mana saja.
Misalnya, sangat langka bagi alumni pesantren bisa masuk Akademi Militer (AKMIL), apalagi bisa menjadi Komandan Kompi dalam Kontingen Garuda sebagai bagian dari pasukan keamanan PBB yang mengemban misi perdamaian di negara konflik, Lebanon. Dialah Mayor Infantri Fitra Rakhmaddy Syasna.
Memimpin salah satu pasukan perdamaian PBB dan membawa nama negara dan kesatuan TNI bukan sesuatu yang mudah. Seleksi ketat dan kualitas prajurit menjadi pertimbangan utama. Semua prajurit unggulan dari semua matra masuk ke dalam seleksi. Selain seleksi yang ketat, para calon juga dites kemampuan bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya.
Dari sekitar 50 orang perwira dalam kontingen Garuda itu, mulai dari Letnan Dua hingga Kolonel, hanya Fitra yang mempunyai kemampuan bahasa Arab dan bahasa Inggris. “Dari 50 orang perwira, cuma saya yang bisa bahasa Arab, alhamdulillah,” kata Fitra yang sebelumnya berdinas di Batalyon Infantri di Mabes TNI AD.
Selain tentara juga tidak sedikit alumni pesantren yang berprofesi sebagai dokter. Menurut dr. Taniem, salah satu alumni pesantren yang berprofesi sebagai dokter, selain mental sudah digembleng di pesantren, kebiasaan sering menghafal ketika di pesantren ternyata sangat membantu dalam pendidikan di fakultas kedokteran.
Semula setelah lulus dan selesai pengabdian dari Gontor, Taniem sangat ingin melanjutkan studi ke Al Azhar atau Madinah. Sambil menanti pengumuman dua universitas besar itu, sebagai alternatif jika tidak diterima, Taniem disarankan orangtua mengikuti tes jurusan kedokteran di Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Meski menjadi dokter bukan pilihan utama, tapi dia menjalani dengan sungguh-sungguh. Tidak berapa lama ternyata dia dinyatakan lulus memperoleh beasiswa dari al-Azhar. Namun dengan pertimbangan yang dimusyawarahkan kepada keluarga, Taniem memilih bertahan di Fakultas Kedokteran hingga selesai.
Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI Zainut Tauhid Sa’adi mengajak para santri agar bangga dengan status sebagai santri. Peluang santri untuk berkiprah semakin terbuka. “Santri bisa jadi apa saja. Bisa menjadi Bupati, Gubernur, Menteri, Wakil Presiden, bahkan Presiden,” ujarnya seperti dilansir akun resmi Kemenag, Senin (7/2/2022).
Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam Peringatan Hari Santri Nasional dan Peluncuran Logo Baru Masyarakat Ekonomi Syariah, di Istana Negara, Jumat (22/10/2021) menyampaikan, kaum santri dan pesantren selalu hadir dalam setiap langkah kebangsaan dan pembangunan bangsa, sejak era pergerakan menuju kemerdekaan hingga era kemajuan.
Ia berharap agar pesantren terus mencetak ulama dan tokoh-tokoh dakwah. “Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 menempatkan pesantren pada posisi strategis sebagai lembaga pendidikan dakwah dan pemberdayaan masyarakat. Diharapkan terus mencetak penerus ulama dan tokoh-tokoh dakwah yang mengikuti perkembangan zaman,” ujarnya. []