Maulid biasanya diisi dengan membaca Sirah dalam Kitab Barzanji, Maulid Simtud Dhurar gubahan al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi, Diba’, Syaroful Anam, dan Burdah.
Semarak perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW selalu mengundang perhatian. Tradisi ini merupakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal.
Meski ada perbedaan pendapat ulama akan perayaan Maulid Nabi, namun hingga kini masih banyak umat yang berbondong-bondong memeriahkan acara tersebut. Di berbagai negara Muslim antara lain Mesir, Suriah, Yaman, Arab Saudi, dan lainnya, sebagian mereka juga ikut merayakan peringatan kelahiran nabi yang mulia tersebut.
Tradisi itu beragam. Di wilayah Hijaz di Arab Saudi bagian barat, mereka merayakan Maulid dengan melakukan berbagai kegiatan amal sepanjang bulan, membagikan makanan kepada faqir miskin, dan menyumbangkan uang kepada organisasi lokal. Namun, perhatian khusus didedikasikan untuk malam ke-12, Maulid, dengan digelar sirah (perjalanan hidup) dan mendengarkan madh (pujian) dalam puisi dan prosa.
Di Suriah, umat Islam biasanya mengadakan majelis shalawat, tausiyah ulama, dan festival. Ulama menyampaikan syair-syair indah mereka, dan masih banyak lagi bentuk kemeriahan Maulid Nabi di belahan dunia lainnya.
Di Indonesia, acara Maulid Nabi biasa diselenggarakan di masjid atau majelis ta’lim dengan ceramah dan dzikir bersama. Kepada Majalah Gontor, KH Muhammad Yusron Shidqi, kepala Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Depok, menilai bahwa euforia Maulid Nabi di Indonesia merupakan hal yang bagus karena pada momen tersebut umat berkumpul bersama dan menyenangi Rasulnya. Daripada umat berkumpul dalam suatu kemaksiatan, maka acara Maulid ini jauh lebih baik, terlebih untuk mengenalkan mereka akan sosok mulia Rasulullah SAW.
Menurut KH Yusron, hal terpenting dari perayaan ini, esensinya: kehidupan serta keteladanan, dan bershalawat bersama untuk Nabi Muhammad SAW.
Senada dengan itu, agar umat bisa lebih mengenal, memahami, dan mengikuti keteladanan Rasulullah SAW, Ponpes Al-Hikam Depok pada setiap pekannya juga mengadakan Majelis Shalawat dan Sirah Nabawiyah yang dilangsungkan oleh Divisi Hafidz.
Perayaan Maulid Nabi di Indonesia biasanya diisi dengan membaca Manaqib Nabi Muhammad dalam Kitab Maulid Barzanji, Maulid Simtud Dhurar gubahan al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi, Diba’, Syaroful Anam, Burdah, dan lain-lain.
Suka Cita Warga Aceh Sambut Maulid Nabi
Kepada Majalah Gontor, Ustadzah Masyitah, warga asli Aceh, menjelaskan, “Di Aceh perayaan Maulid digelar sampai seratus hari atau sekitar tiga bulan sepuluh hari, terhitung dari 1 Rabiul Awal sampai seratus hari ke depan.”
Kalau untuk kenduri (jamuan makan), lanjut Dosen Institut Agama Islam Negeri Langsa, Aceh itu, di kabupaten yang masih kental adatnya diadakan dua kali kenduri. Perayaan Maulid pertama pada 12 Rabiul Awal dan digelar serentak oleh semua desa dalam kabupaten tersebut.
Nantinya, tiap warga akan membawa nasi bungkus (biasa dikenal bu kulah yaitu nasi yang dibungkus dengan daun pisang dan berbentuk kerucut), sedangkan lauknya dipisah dalam plastik. Jumlahnya bisa mencapai tiga hingga sepuluh bungkus tiap kepala keluarga. Nasinya lalu dibawa ke masjid dan dibagikan ke warga setempat yang hadir untuk makan siang.
Untuk kenduri kedua, biasanya dilaksanakan pada akhir Maulid atau Jumadil Akhir dan tidak serentak dirayakan warga. “Terkadang pada tanggal yang sama cuma ada tiga desa yang mengadakan. Namun undangannya untuk satu kabupaten karena nasi yang dibawa oleh warga sangat banyak,” tambah alumnus Al-Azhar University, Kairo, 2009 itu.
Beberapa saat sebelum nasi dibagikan kepada anak-anak, biasanya suasana perayaan akan disemarakkan dengan senandung shalawat nabi. Pada malam harinya baru diadakan tausiyah dengan mengundang ulama dari luar kabupaten. “Untuk acara tausiyah, hanya sebagian besar desa saja yang mengadakan,” pungkas Muslimah yang juga konsen di bisnis kuliner hidangan Timur Tengah tersebut.
Perayaan Maulid Nabi di Padang, Sumatera Barat
Ustadzah Adelina Zulaika, warga Padang, kepada Majalah Gontor menjelaskan bahwa secara umum tradisi Maulid Nabi di Padang dengan menggelar pengajian atau lomba untuk anak-anak.
Namun, di sebagian tempat, contohnya di Padang Pariaman, Sumatera Barat, ada namanya tradisi Bungo Lado. Kemeriahan tradisi Bungo Lado yang diartikan sebagai pohon uang, menarik antusias masyarakat setempat dengan menghias pohon buatan menggunakan uang kertas asli. Lalu ada juga tradisi Malamang Makan Bajama. Kegiatan tersebut antara lain membuat lemang, kue yang akan dibawa ke masjid dan dinikmati bersama.
Keseruan Maulid Nabi di Sulawesi
Salah satu tradisi unik Maulid Nabi masyarakat Sulawesi ialah Maudu Lompoa (Maulid Besar). Kegiatan ini berupa menghias perahu dengan telur hias dan selendang warna-warni. Perahu hias itu berada di sepanjang tepian sungai dan diisi beragam bahan makanan tradisional yang nantinya dapat dinikmati masyarakat setempat.
Kepada Majalah Gontor, Amelia Hardiyanti, Suku Bugis, Sulawesi, menceritakan bahwa saat Maulid Nabi, warga biasanya berkumpul di masjid untuk menghadiri pengajian. Setelah itu, warga akan beramai-ramai berebut mengambil sajian unik Maulid, berupa telur yang dihias warna-warni dan digantung dengan bambu kecil yang tertancap di atas batang pisang. Batang pisang itu sendiri ditaruh di atas ember yang didalamnya berisikan ketan. “Makanan unik inilah yang semakin meramaikan acara Maulid tersebut,” tutup tim Humas One Day One Juz itu.
Tradisi Baayun Maulid di Banjarmasin, Kalimantan Selatan
Tradisi Baayun Maulid adalah tradisi khas Maulid Nabi masyarakat Banjarmasin. Tradisi ini dilakukan dengan cara membaca atau berdzikir dan bershalawat nabi dengan berayun di ayunan. Kegiatan itu pun diikuti warga dari segala usia dan biasanya dilaksanakan di sekitar masjid. Agar tampak meriah, tak jarang ada yang menghiasi ayunan dengan pernak-pernik dan janur.
Tradisi Sebar Udikan Madiun, Jawa Timur
Warga Madiun meramaikan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan cara menyebarkan uang koin yang diwariskan nenek moyang atau biasa disebut Sebar Udikan. Tradisi ini diramaikan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Untuk menghindari bentrokan, biasanya arena penyebaran uang koin untuk anak-anak dan orang dewasa dipisah.
Gema Shalawat dan Sedekah Kawasan Semarang dan Sekitarnya
“Syiar Maulid Nabi di sebagian pesisir Semarang, Kendal, Pekalongan, juga Tegal sering diramaikan dengan membaca Shalawat al-Barzanji dan Dziba’an mulai tanggal 1 Rabiul Awal sampai tanggal lahirnya kanjeng Rasul SAW yakni 12 Rabiul Awal,” jelas Ustadzah Suaebatul Aslamiyah Lc MA.
Kepada Majalah Gontor, Asisten Direktur Pondok Pesantren Al-Ma’rufiyyah, Semarang ini menambahkan acara puncak Maulid terjadi pada 12 Rabiul Awal dan diisi dengan tradisi sedekah sesama keluarga serta tetangga. Ada yang model sedekahnya berupa parcel sembako, lanjut ibu tiga anak itu, ada jajanan kering, snack basah, sampai dengan nasi berkat.
Uniknya, kalau di sebagian daerah Tegal sedekahnya sesuai dengan profesi masing masing. “Misalnya bos konveksi, maka dia memberikan parcel hasil konveksinya. Kalau bos tahu Tegal, ya sedekah tahu,” pungkas alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 2005 itu.[]