Maluku Tengah, Gontornews– Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mencatat telah terjadi ribuan kali gempa susulan. Per Ahad (10/11) lalu saja telah terjadi gempa susulan hingga lebih dari 2.000 kali. BMKG juga masih mencatat aktivitas kegempaan di Maluku hingga hari ini. Pada Senin (11/11) pukul 11.33 WIB terjadi gempa dengan kekuatan M3,3 dengan kedalaman 10 kilometer berpusat di sebelah selatan Kairatu.
Pengungsian di Maluku masih diisi oleh warga yang mengalami trauma akibat masih terjadinya gempa susulan. Tak terkecuali anak-anak yang juga harus ikut mengungsi bersama orang tua mereka. Riuh anak-anak menyambut kehadiran tim Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Maluku yang bertandang ke salah satu pengungsian di Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah. Tempat ini merupakan salah satu pusat pengungsian penyintas gempa Maluku. Pascagempa M6,5 mengguncang Maluku pada Kamis (26/9) lalu, hingga kini warga masih bertahan di bawah tenda pengungsian akibat masih terjadinya gempa susulan. Tak terkecuali anak-anak yang mengikuti orang tua mereka mengungsi.
Jumlah pengungsi anak di Dusun Warhahai, Desa Liang sekitar 50 anak. Walau sekolah mereka mulai berjalan normal kembali, kehidupan di luar sekolah masih terganggu akibat tinggal di pengungsian. Rasa takut menjadi alasan. Untuk itu, tim ACT Maluku pada Ahad (10/11) lalu melakukan pendampingan psikososial kepada anak-anak di pengungsian.
Maya dari tim ACT Maluku mengatakan, pendampingan psikososial ini dilakukan untuk mengurangi rasa trauma dan jenuh yang dialami anak-anak di pengungsian. “Kami mengajak mereka bermain serta bernyanyi, dengan cara ini diharapkan trauma serta jenuh mereka dapat berkurang,” ungkap Maya.
Puluhan anak akhir pekan itu terlibat dalam berbagai permainan. Didampingi relawan MRI, anak-anak larut dalam berbagai kegiatan. Selain diajak bermain, anak-anak penyintas gempa Maluku juga mendapatkan bingkisan makanan ringan serta susu.
Desa Liang merupakan salah satu desa terparah diguncang gempa. Tercatat sekitar 17 ribu warganya harus mengungsi akibat rumahnya mengalami kerusakan ringan hingga berat. Fasilitas umum juga banyak yang mengalami kerusakan, serta kegiatan belajar dan mengajar sempat dihentikan sementara waktu. [ACT]