Paris, Gontornews — Badan kebudayaan PBB, UNESCO, Rabu (25/1/2023), menetapkan kota kuno Ma’arib di Yaman dan taman futuristik the Rachid Karameh Internasional Fair di Tripoli Lebanon sebagai dua situs warisan dunia.
UNESCO menetapkan kedua situs tersebut sebagai situs warisan dunia yang berada dalam bahaya. Jika kota kuno Ma’arib di Yaman terancam rusak karena konflik bersenjata yang berkepanjangan, maka taman futuristik Rachid Karameh Internasional terancam rusak karena kurangnya sumber daya di Lebanon untuk mempertahankan keberadaannya.
Pada lokasi pertama, UNESCO menganggap penemuan tujuh situs arkeologi di provinsi Maarib semakin memantapkan diri sebagai saksi pencapaian kerajaan Saba dari milenium pertama sebelum masehi hingga kedatangan Islam pada tahun 630 masehi. Kerjaan yang dikenal dengan kepemimpinan Ratu Seba, tersebut berhasil menguasai sebagian besar rute dupa melintasi Jazirah Arab.
Situs-situs arkeologi baru yang terdaftar termasuk kota kuno Ma’arib, dua kuil dan sisa-sisa bendungan kuno kota yang tercatat sebagai teknik hidrologi kuno yang tersebut dala Al-Qur’an.
“Komite Warisan Dunia menggunakan prosedur darurat dalam menetapkan situs tersebut karena kondisi konservasi yang mengkhawatirkan, kurangnya sumber daya keuangan untuk pemeliharaan dan risiko tersembunyi dari proposal pembangunan yang dapat mempengaruhi integritas kompleks,” kata UNESCO dalam situs resminya.
“Oleh karena itu, situs tersebut masuk dalam Daftar Warisan Dunia dalam Bahaya, yang membuka akses untuk meningkatkan bantuan internasional baik secara teknis maupun keuangan,” sambungnya sebagaimana dilansir AFP.
Sementara itu, Rachid Karameh International Fair merupakan hasil rancangan arsitek legendaris Brazil, Oscar Niemeyer. Para aktivis memperingatkan bahwa taman tersebut berisiko runtuh dalam beberapa tahun terakhir.
“Taman itu adalah proyek unggulan kebijakan modernisasi Lebanon pada 1960-an,” kata UNESCO.
“Salah satu karya perwakilan utama aristektur modern abad ke-20,” sambung UNESCO.
Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, menyambut baik keputusan UNESCO tersebut. Baginya, penetapan tersebut merupakan kebanggaan bagi pemerintah dan warga Lebanon, khususnya Tripoli.
Aktivis berharap daftar UNESCO ini dapat membuka jalur pendanaan untuk menyelamatkan taman di negara yang mengalami krisis keuangan terburuk dalam sejarah tersebut. [Mohamad Deny Irawan]