Jakarta, Gontornews — Wilman Arif, sosoknya energik, meski kelahiran tahun 90-an, ia sudah mengarungi dunia usaha dan karir dengan segala suka dukanya, yang ini tidak jarang dilakukan oleh anak muda seusianya. Bisa dibilang, Wilwan lahir prematur di dunia bisnis. Simak ulasannya.
Sosok muda alumni Gontor tahun 2010 ini mulai menekuni dunia karir dan usaha setelah ditipu oleh salah seorang temannya saat akan pergi belajar di Universitas Melbourne Australia. Ia tidak sendiri, bersama dua temannya pun bernasib sama, tertipu.
Akibat penipuan ini, seluruh berkas ijazah, paspor, uang deposit sebesar Rp50 juta pun raib tanpa jejak. Ia pun tak ingin menanggung malu saat balik ke kampung halaman, Bandar Lampung. Pasalnya, seluruh keluarga dan tetangga sudah ia ‘pamiti’ akan belajar ke Australia.
“Saat itu, saya sebenarnya diterima beasiswa di Qatar dan Australia, akhirnya saya ambil Australia. Seluruh berkas sudah saya siapkan hingga uang deposit Rp50 juta ke salah satu kawan di Jakarta, tapi qadarullah Allah berkehendak lain, kami ditipu,” kisahnya kepada Majalah Gontor saat di temui di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sebelum memutuskan untuk mengambili program beasiswa di luar negeri, setamat dari Gontor, Wilman mengabdi di Pondok Gontor Kendari. Selama mengabdi, ia bersama teman sepengabdian berhasil mendirikan Madrasah Ibtidaiyah yang dirintis dari nol di daerah terpencil.
“Jalan belum di aspal, tidak ada sinyal, belum ada listrik. Kami nyari santri door to door hingga kemudian dapat 5 murid,” ujar pria kelahiran Lampung, 12 Juni 1991 ini.
Usai mengabdi selama satu tahun di Kendari, ia pulang ke Lampung untuk melanjutkan kuliah di UIN Radin Intan Lampung ambil jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Namun belum sampai setahun Wilman berhenti karena terlalu jauh mengulang pelajaran Bahasa Arabnya. Saat itulah ia mulai mencari program beasiswa di luar negeri. Akhirnya Universitas Melbourne yang jadi incarannya.
Peristiwa penipuan dari temannya membulatkan tekad Wilman untuk bisa hidup lebih mandiri. Ia tidak ingin membebani orangtuanya, karena sudah banyak biaya yang dikeluarkan untuk program beasiswa gagal. Akhirnya, Wilman mendaftar ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengambil jurusan ekonomi.
Suatu hari, disela-sela kuliah ia mendapati selebaran lowongan kerja sebagai sales minimal S1 di Tunas Toyota di Jakarta Selatan. Dengan percaya diri memberanikan diri untuk melamar di dealer ternama ini. Hanya berbekal foto kopi ijazah pondok Gontor, ia serahkan ke salah satu penanggung jawab dealer.
Dalam wawancara singkatnya, Wilman menyampaikan kemampuan yang ia miliki, yaitu keterampilan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. “Dalam hati saya, tidak mungkin diterima karena saya belum sarjana dan tanpa pengalaman,” batinnya.
Namun setelah dua hari melamar kerja, telepon berdering dari dealer untuk bisa hadir ke kantor karena ada calon pembeli dari Arab. Tanpa banyak pikir, Wilman pun merapat ke dealer dan menemui calon pembeli dari Arab. “Dengan Bahasa yang saya dapat dari Gontor, saya yakinkan calon pembeli dan ternyata dia suka dengan bahasa saya dan mengerti, akhirnya saat itu juga closing 5 mobil Innova,” kenang bapak dua anak ini.
Wilman merasa senang, kehadirannya yang sebenarnya belum resmi menjadi karyawan itu telah membuahkan hasil bagi perusahaan. Para pegawai pun juga terheran-heran bahkan kepala cabang dealer pun langsung menjadikan Wilwan sebagai karyawan salesman.
“Selama di dealer ini, saya tidak pernah tugas nyebar brosur ke jalanan, saya ditugaskan di acara pameran, di mall atau kunjungan ke perusahaan asing,” jelasnya.
Bahkan pernah suatu hari, ia pun berhasil closing dua unit mobil Camry untuk direksi di salah satu perusahaan asing. Bahkan yang spektakuler lagi adalah ia berhasil closing 40 unit Avanza di Cikarang. “Alhamdulillah, ana dapat rejeki luar biasa, jika dihitung dari leasing saja hampir 300 juta,” terangnya.
Namun Wilman tak lama di Tunas Toyota, setelah menikah ia justru mencoba peruntungan di dunia bisnis kuliner. Ia membuka outlet ayam bakar Cinta di sekitar kampus UIN Ciputat. “Dulu ayam bakar Cinta termasuk legend, Allah kasih jalan di bisnis ini, sehari bisa habis 500 porsi, buka sore sampai malam,” ujarnya.
Jualan ayam bakar Cinta ramai, namun ia mulai kurang mengontrol kinerja karyawannya. Karena antara tempat tinggal dengan tempat usaha yang cukup jauh, ia pun lalai memperhatikan layanan cafe ayam bakar Cinta.
“Saya terlena karena sudah ramai, jarang saya kunjungi, saya tinggal di Cempaka Putih sementara usaha di Ciputat. Mulai ada komplain, sambel beda, pembukuannya carut marut. Akhirnya saya tutup dan saya ditawari kakak balik ke Lampung,” kisahnya.
Di Lampung, Wilman mengajar Bahasa Arab di Al-Azhar Lampung. Namun sembari mengajar, ia juga membuka usaha café Martabak King. Di saat menjalani usaha kuliner, ia mendapatkan tawaran bekerja di Pertamina bagian Supervisor. Setahun kemudian ia pindah ke Agraria Lampung.
Di saat mulai belajar di Agraria, Wilman mendapatkan tawaran dari temannya yang alumni Gontor untuk ikut mengembangkan perusahaan travel bernama Antique Tour & Travel International yang berpusat di Malaysia. Antique Tour ini dijalankan oleh Ustadz M Baban Rabanie, Ustadz Ainun Rachman dan Ustadz Wawan.
Antique Tour awalnya lebih fokus pada traveling tiga negara. Ketika Wilman ikut berkecimpung sebagai salah satu direksi, ia pun melakukan inovasi-inovasi, mulai dari pembuatan SOP hingga layanan yang diberikan dari Antique Tour ini.
Sebulan Wilman mengelola travel ini, revenue pun mengalami peningkatan. Bulan pertama hingga Rp600 juta, bulan kedua Rp800 juta dan bulan ketiga menjadi Rp800 juta. Sekarang, satu trip perjalanan nilai kontraknya bisa Rp1.8 miliar.
“Saya kembangkan edutrip, untuk anak anak pelajar yang ingin studi tour ke luar negeri. Bukan hanya sekedar mengunjungi sekolah, tapi kerjasama joint class di beberapa lembaga ternama di Malaysia atau Singapura,” ujarnya.
Bukan hanya soal edutrip, Wilman juga menawarkan program kepada para peserta yang pernah ikut Edutrip, kemudahan untuk mendaftar ke salah satu lembaga pendidikan yang ada di Malaysia, Singapura dan Madinah. “Kami akan support dari pemberkasan hingga masuk. Kini, Antique Tour Tengah mengembangkan untuk Edutrip Jerman dan Turki.
Wilman berobsesi, ke depan Antique Tour bisa memberikan jembatan kepada putra putri anak bangsa untuk bisa belajar ke luar negeri, meski dalam program edutrip maupun belajar berbagai ilmu di luar negeri.
Selain edutrip, Antique Tour juga melayani program trip kerja. Pihaknya juga telah bekerjasama dengan empat kementrian yaitu, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pariwisata dan Kementerian Agama. Trip kerja ini bisa untuk domestik dan luar negeri.
Saat ini, Antique Tour telah memiliki cabang di Jakarta, Tangerang, Bandung, Tasikmalaya, dan Mojokerto. Dalam waktu dekat, juga akan dibuka cabang Malang dan Yogyakarta. Sementara jumlah agensi di seluruh Indonesia berjumlah 141 agen tour.
Antique Tour juga sudah menyelenggarakan perjalanan umrah dan haji. Untuk umrah masih 10 pemberangkatan, sementara untuk haji baru berjalan di tahun 2024 dengan model haji plus dan VIP. “Kami sudah melakukan kerjasama dan mendapatkan mandat untuk menjual via haji VIP dari Syekh Hussyam,” ujarnya.
Wilman beserta keluarga besar Antique membuka lebar peluang kemitraan kepada para alumni Gontor atau wali santri yang ingin memiliki usaha di bidang travel, terkhusus Edutrip yang sampai saat ini menjadi produk unggulan di sekolah-sekolah maupun pesantren.
“Kami sangat terbuka bagi teman-teman alumni maupun wali santri yang ingin mencoba peluang usaha pengembangan edutrip yang lebih luas lagi, mimpi kami Antique tour and travel memiliki partner di setiap kota di Indonesia. Untuk menjadi mitra, kami tidak memungut biaya, alias gratis,” jelasnya. [Fathur]