Banten, Gontornews — Gempa tektonik berkekuatan 6.4 SR atau 6,1 M mengguncang Kabupaten Cilangkahan, Selasa (23/1) pk 13.34 WIB.
Setelah gempa beredar berbagai info dampak gempa. Termasuk gambar dan video yang menggambarkan dahsyatnya gempa, namun belum bisa dipastikan kebenarannya. Pihak BMKG mewanti-wanti masyarakat untuk tidak terpengaruh informasi yang belum jelas.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Drs Moch Riyadi MSi., menjelaskan bahwa hari Selasa, 23 Januari 2018, pukul 13:34:53 WIB, wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa diguncang gempabumi tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempabumi berkekuatan M=6,1 terjadi dengan koordinat episenter pada 7,23 LS dan 105,9 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 43 km arah selatan Kota Muarabinuangeun, Kabupaten Cilangkahan, Propinsi Banten pada kedalaman 61 km.
Dijelaskan, dampak gempabumi yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG menunjukkan bahwa dampak gempabumi berupa guncangan berpotensi dirasakan di daerah Jakarta, Tangerang Selatan, Bogor, II SIG-BMKG (IV-V MMI).
Gempabumi selatan Jawa-Bali-Nusa Tenggara, menurut Riyadi, termasuk dalam klasifikasi gempabumi berkedalaman dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempang Eurasia.
Hingga pukul 13:46 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock). Kepada masyarakat di sekitar wilayah Kabupaten Cilangkahan dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, tegas Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Moch Riyadi, dalam siaran persnya.[DJ]