Kinabalu City, Gontornews–Operasi militer yang dilancarkan tentara Filipina untuk memburu kelompok Abu Sayyaf Group (ASG) di Jolo Filipina Selatan membuat para perompak kesulitan membawa sandra mereka. Abu Sayyaf terus bergerak ke hutan-hutan dan pegunungan untuk menghindari serangan militer Filipina yang intens tersebut.
Disampakan aktivis anti penculikan Jolo Octavio Dinampo, Abu Sayyaf menghadapi masalah menjaga tawanan mereka. Mereka bergerak di malam hari dan siang hari agar tidak terlacak militer Filipina.
“Ini adalah situasi yang sulit bagi tawanan karena mereka selalu bergerak dan makanan mereka langka. Sulit untuk mengatakan jika semua sandera bisa menahan penderitaan mereka,” tambah Octavio di Kinabalu City seperti dilansir dari laman straitstimes (9/9).
Menurutnya, Abu Sayyaf terus bergerak di sekitar hutan-hutan Patikul, Indanan dan Parang. Mereka membawa sandra dari Malaysia dan Indonesia sejak bulan Juli sampai Agustus saat menghadapi serangan militer Filipina.
Octavio menambahkan, Filipina telah mengirim sekitar 9.000 tentara ke Jolo untuk menumpas Abu Sayyaf yang diperkirakan akan berlangsung sampai Desember.
“Jolo dibanjiri tentara pada saat ini,” katanya, menambahkan bahwa operasi militer difokuskan pada lima kota – Indanan, Parang, Patikul, Maimbung dan Talipao.
Sementara Presiden Filipina Rodrigo Duterte memperingatkan kepada Abu Sayyaf bahwa ia akan memakannya “hidup-hidup.”
Kemarahan Duterte memuncak ketika menanggapi ledakan bom yang menewaskan 14 orang dan melukai 67 orang di kampung halamannya di Davao pekan lalu. Duterte juga sempat menggelar pertemuan regional dengan Indonesia dan Malaysia untuk bersama-sama menumpas perompak laut tersebut.
Diketahui, WNI yang masih disandera Abu Sayyaf merupakan awak kapal tunda Charles yang disandera sejak akhir Juni lalu. Selain itu, ada tiga WNI awak kapal pukat tunda LD/114/5S berbendera Malaysia milik Chia Tong Lim yang disandera sejak 9 Juli 2016. [Ahmad Muhajir]