Jalalabad, Gontornews — Bangunan medis yang merupakan pusat pelatihan kebidanan di Kota Timur Jalalabad diserang orang-orang bersenjata, Sabtu (28/7). Tujuh orang terluka, empat warga sipil dan tiga lainnya petugas keamanan.
Telah terjadi baku tembak antara kelompok penyerang dengan pasukan keamanan. Baku tembak yang berlangsung berjam-jam mengakibatkan seluruh kelompok bersenjata itu tewas.
Sebelum terjadinya serangan senjata, serangkaian ledakan terjadi di kota tersebut. Beruntung pasukan khusus Afganistan segera tiba dan melakukan penyerangan balik terhadap kelompok bersenjata itu.
“Pertempuran itu berlangsung selama sekitar enam jam, asap hitam membumbung langit, semua penyerang dibunuh oleh pasukan keamanan,” Attaullah Khogyani, Juru Bicara Pemerintah Provinsi, Aljazeera.
Sementara itu, Juru bicara departemen kesehatan Provinsi Inamullah Miakhil mengatakan ada sebanyak 48 perempuan dari daerah terpencil di provinsi itu yang terdaftar dalam kursus kebidanan selama dua tahun di pusat pelatihan tersebut.
“Kami tidak tahu mengapa pusat bidan diserang,” kata Miakhil.
Namun, pasca serangan bersenjata itu tidak ada klaim terhadap kelompok yang tanggung jawab. Taliban yang merupakan kelompok bersenjata terbesar di Afghanistan membantah keterlibatannya dalam pesan WhatsApp yang dikirim ke wartawan tentang penyerangan tersebut.
Jalalabad yang merupakan Ibukota Provinsi Nangarhar, telah diguncang oleh sejumlah serangan dalam beberapa pekan terakhir.
Sebelumnya pada 11 Juli lalu, serangan juga terjadi di sebuah gedung pemerintah di kota itu, sedikitnya 10 orang tewas dan 10 lainnya terluka. Kemudian sehari setelah itu 12 orang tewas dan empat lainnya terluka oleh pemboman bunuh diri di pos pemeriksaan keamanan.
Pada tanggal 1 Juli, 19 orang tewas dalam sebuah serangan bunuh diri terpisah yang dilakukan oleh Negara Islam Irak dan Levant (ISIL, juga dikenal sebagai ISIS).
Baik ISIL dan Taliban merupakan kelompok bersenjata yang aktif di Jalalabad. Mereka berperang dengan pasukan keamanan Afghanistan setelah AS dan NATO secara resmi mengakhiri misi tempur mereka di negara itu empat tahun lalu. [Devi Lusianawati]