Kairo, Gontornews — Universitas Al-Azhar Kairo Mesir mewisuda ribuan mahasiswa-mahasiswinya dari 40 negara di Al-Azhar Conference Center Kairo.
Para wisudawan angkatan tahun ini diberi nama “Gaza”. Nama itu disematkan langsung oleh Grand Syaikh Al-Azhar Prof Dr Ahmad At-Thoyyib sebagai bentuk dukungan nyata Al-Azhar kepada perjuangan rakyat Gaza di Palestina.
Hadir pada acara tersebut Wakil Grand Syaikh Al-Azhar Prof Dr Muhammad Duwaini, Menteri Kebudayaan, Menteri Pemuda dan Olahraga Mesir, Rektor Universitas Al-Azhar Prof Dr Salamah Daud, Ketua ASFA Foundaton/Waketum DMI Komjen Pol (Purn) Dr Syafruddin, Sekjen Majma’ Al-Buhust Al-Islamiyah Prof Dr Nadhir Al-Ayyadh, Penasihat Grand Syaikh: Prof Dr Nahla Soidy, Prof Dr Abdu Daim Nusair, Ambassador Abdurrahman Musa, Ketua OIAI Pusat Prof Dr Osamah Yasin dan Prof Dr Muhammad Husein Al-Mahrosowi, 35 Duta Besar Negara Sahabat, Wakil Rektor, Dekan dan Pejabat Tinggi di Al-Azhar.
Para wisudawan Al-Azhar mendapatkan berbagai nasihat dan pesan-pesan kunci dari para tokoh Al-Azhar sebelum mereka kembali ke negerinya masing-masing yang merupakan momentum penting bagi para Duta Al-Azhar; para duta wasatiyah Islam yang akan bertugas di seluruh penjuru dunia untuk memberikan pencerahan kehidupan, menampilkan wajah Islam yang moderat dan mewujudkan perdamaian dunia.
Dalam sambutannya Prof Salamah Daud menyatakan bahwa Al-Azhar mengajarkan kepada para mahasiswanya nilai-nilai dan pandangan Islam yang wasathy (moderat).
Prof Duwaini dalam sambutannya meminta kepada alumni Al-Azhar agar tetap dan terus berpegang teguh kepada nilai-nilai yang telah diajarkan oleh Al-Azhar.
Ia juga berpesan agar risalah dan pandangan wasatiyyat Islam Al-Azhar menjadi role model dan pegangan dalam kiprah dan peran alumni sekembalinya di negara masing-masing.
Sementara itu, Ketua ASFA Foundation Dr Syafruddin dalam sambutannya menyatakan bahwa pendirian ASFA Foundation terinspirasi dari Al-Azhar dalam mencetak dan melahirkan SDM unggulan, berhaluan wasatiyat Islam, menjadi perekat umat untuk perdamaian dunia.
Haji Syafruddin menyampaikan ungkapan terima kasih dan apresiasi kepada Al-Azhar sebagai institusi atas jasa dan peranannya selama ini kepada bangsa Indonesia. Alumni Al-Azhar telah berhasil mengambil peran aktif dalam memajukan Indonesia di berbagai bidang.
Haji Syafruddin yang juga menjabat Waketum DMI menyatakan bahwa lebiih dari 10 abad Al-Azhar secara nyata terus mendidik dari generasi ke generasi dengan pandangan wasatiyah Islamnya, sehingga risalah Al-Azhar menyebar ke seluruh penjuru dunia. Pandangan wasatiyah Islam yang dikembangkan Al-Azhar itu menjadi model dan rujukan dalam mewujudkan perdamaian dunia (Assalam fil Aalamin).
Haji Syafruddin juga menyampaikan bahwa Mesir merupakan pusat peradaban yang menerangi dunia. Keberadaan Al-Azhar di Mesir merupakan tonggak penting dalam menerangi dunia dengan cahaya keIslaman yang ramah dari timur hingga barat.
Menurutnya, Al-Azhar telah mampu memproduksi para ulama dan pemimpin Islam dunia, dari rahim Al-Azhar lahirlah tokoh-tokoh ulama dan pemimpin Islam di berbagai level. Al-Azhar menjadi produsen terbesar kebutuhan sumber daya manusia selama lebih dari 10 abad.
Wakil Sekjen DMI yang juga merupakan Wakil Ketua Lazis ASFA KH Anizar Masyhadi yang turut hadir kepada awak media menyampaikan, pengalaman Al-Azhar yang mampu bertahan lebih dari 10 abad harus ditiru oleh lembaga pendidikan di Indonesia.
Menurutnya, pesantren dan lembaga pendidikan di Indonesia telah merasakannya hasil yang diperankan oleh Al-Azhar. Alumninya berkiprah di Indonesia menjadi ulama, cendekiawan, rektor, pimpinan pesantren dan ormas keIslaman.
ASFA Foundation melalui Lazis ASFA mendapatkan kesempatan terhormat, kemuliaan dan keberkahan dapat ikut andil dan peran kerjasama dengan institusi pendidikan tertua yang memiliki reputasi sangat tinggi Al-Azhar dalam percepatan dan pengembangan SDM berskala nasional dan internasional.
Dari Al-Azhar Kairo Mesir, Ketua ASFA Foundation melanjutkan perjalanan ke Riyadh, Saudi Arabia, untuk bertemu dengan Sekjen Liga Muslim Dunia Syaikh Dr Muhammad Abdul Karim Al-Isa guna membahas perdamaian dunia. []