Florida, Gontornews — Sejumlah ilmuwan terumbu karang mengembangkan metode baru untuk mencegah terumbu karang mengalami pemutihan (bleaching) akibat perubahan iklim. Langkah ini merupakan terobosan dari para ilmuwan yang mengkhawatirkan kondisi terumbu karang terbaru.
“Tahun lalu, (situasi) sangat menyedihkan karena kami telah melihat banyak perubahan. Kami telah memantau sejumlah situs di Miami selama lima tahun terakhir. Kami mulai melihat perubahan di situs tersebut,” ungkap Michael Studivan, ilmuwan Program Kesehatan dan Pemantauan Karang National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA) kepada Reuters.
NOAA melaporkan, suhu permukaan air laut di Florida dalam beberapa pekan terakhir telah mencapai 35 derajat Celicus. Padahal, suhu normal permukaan laut tahun ini, seharusnya, di kisaran 22 hingga 31 derajat Celcius. Perubahan iklim telah memicu pemutihan karang dengan keluarnya simbion alga berwarna warni yang membuat mereka tampak pucat dan rentan.
NOAA bersama Laboratorium Kelautan dn Akuarium Mote berhasil menemukan teknik baru untuk menyebarkan dan mentransplantasikan karang. Kedua lembaga ini berhasil membudidayakan pecahan karang di pembibitan, dan memastikan kekuatan dan kelangsungan hidup, sebelum melepaskannya kembali ke laut.
Terumbu karang merupakan rumah bagi jutaan spesies hewan dan tumbuhan laut, mendukung jaringan makan laut serta melindungi garis pantai. Selain manfaat tersebut, jaringan terumbu karang di Florida Amerika Serikat, misalnya, juga menjadi objek wisata sekaligus mendukung ekonomi lokal.
“Kami ingin memulihkan karang di terumbu karang dengan cara yang mendorong replikasi dan membuat kami bisa berfokus pada pemulihan karang,” kata Michael Crosby, CEO Laboratorium dan Akuarium Laut Mote.
Terakhir, Studivan menyambut gembira upaya pembibitan karang di Pelabuhan Miami yang menunjukkan kondisi sehat. Ia bersama dengan tim dari NOAA dan Mote akan terus beruapaya melakukan restorasi karang di pantai Florida.
“Kami kemngambil karang dari pelabuhan, membawa mereka dan mengisi kembali beberapa terumbu karang yang telah hancur,” tutupnya. [Mohamad Deny Irawan]