Mataram, Gontornews — Kegiatan Safari Dakwah Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Dr KH Ahmad Fauzi Tidjani MA, Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Madura, hingga kini masih terus berlanjut. Setelah Maulid Nabi SAW terlaksana dengan baik di seputar Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Barat, sekarang ini masih berjalan selama empat hari di Kalimantan Barat.
Usai kunjungannya ke beberapa pondok pesantren di Lombok, NTB, KH Fauzi Tidjani lantas tak lupa mengucapkan rasa terima kasih atas segala khidmah dan sambutan yang telah diberikan semua pihak. Pesan saya, lanjut Kiai Fauzi, jaga kekompakan dan ukhuwah ma’hadiyyah antara anggota Ikatan Keluarga Besar Al-Amien (IKBAL). Jadilah mutiara di lingkungan masing-masing, jadilah bermanfaat, orang yang terbaik, ikhlas hanya karena Allah SWT.
Cucu dari KH Imam Zarkasyi (Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor) itu pun kemudian melanjutkan pesan sang kakek, yang dahulu pernah disampaikan langsung ke putrinya, Nyai Hj Anisah Fatimah (ibunda KH Fauzi Tidjani). Pesan yang khusus ditujukan untuk para perintis pondok pesantren.
“Pesan saya, saya sampaikan nasihat sebagaimana KH Imam Zarkasyi kakek saya menasihati putrinya Nyai Hj Anisah, ibu saya, yakni pondok tidak boleh bercampur antara laki laki dan perempuan, pendidikan jangan terlalu mahal biayanya, jangan tamak keduniawian, jangan mencari kekuasaan di dunia, dan jangan mencari pengaruh di depan manusia atau syuhroh, apalagi tasalluth.”
Diterangkannya bahwa pesan tersebut disampaikan ketika sang putri tercinta, Nyai Anisah, tengah duduk di samping Kiai Zarkasyi, usai kembali pulang ke Indonesia. Bahwa pada malam itu, dengan nada marah KH Imam Zarkasyi menceritakan keadaan beberapa pondok pesantren yang membuatnya sangat kecewa. Hingga akhirnya KH Imam Zarkasyi menyampaikan beberapa hal penting terkait pengelolaan pondok pesantren, seperti di atas.
Kemudian, KH Fauzi juga menjabarkan agar hidup lebih barakah atau penuh keberkahan, caranya ialah ikhlas dalam segala hal, termasuk hidup di dalam pondok. Hal tersebut sebagaimana kakeknya sampaikan, “Rezeki yang banyak itu bukan dengan banyaknya harta, tapi dengan adanya keberkahan hidup. Oleh karena itu, hiduplah yang ikhlas lillahi Ta’ala! Dan arti Ikhlas yang sebenarnya yaitu menerima apa adanya.” [Edithya Miranti]