New Delhi, Gontornews — Wilayah Hindu di Bhajanpura dan wilayah Muslim di Chand Bagh berpotensi mengalami bentrokan akibatย UU Kewarganegaraan yang disahkan oleh Pemerintah India. Jika warga Bhajanpura mendukung UU tersebut, maka warga Chand Bagh menolak dan menyebut UU tersebut diskriminatif.
Protes terhadap UU Kewarganegaraan di India berlangsung panas. Dalam demonstrasi anti UU Kewarganegaraan di New Delhi awal pekan ini, 32 orang demonstran dikabarkan tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.
Sejumlah gedung dan fasilitas publik lainnya dibakar oleh para demonstran. Belum lagi sejumlah kendaraan milik polisi yang dibakar masa demonstran. Tebaran kaca pecah, bongkahan batu bata serta bangkai mobil yang terbakar menjadi bukti aksi demonstrasi terburuk dalam sejarah New Delhi tersebut.
โSaya telah tinggal di sini selama 35 tahun,โ ungkap Santosh Garg, seorang warga Hindu yang rumahnya dibakar oleh gerombolan pria Muslim, kepada Reuters.
โSaya tidak pernah memiliki masalah, tidak pernah memiliki keluhan. Saya masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi,โ imbuh pria berusia 52 tahun tersebut.
Lain Santosh Garg, lain pula Rubina Bano. Bano merupakan wanita Muslim yang mengalami tindakan kekerasan oleh pihak kepolisian India meski dirinya tengah hamil 3 bulan. Bano mengaku bahwa dirinya dipukuli oleh kepolisian di bagian kepala. Akibatnya, ia membutuhkan sekitar 20 jahitan di bagian kepalanya.
Bano, seperti ribuan komunitas Muslim di India, ikut memprotes UU Kewarganegaraan yang memberikan akses jalur cepat bagi non-Muslim untuk mendapatkan Kewarganegaraan India.
Pemerintah India merespon dan menyebut bahwa undang-undang tersebut dibuat untuk membantu minoritas teraniaya dari Afghanistan, Bangladesh dan Pakistan. Mereka juga meyangkal bahwa aturan tersebut bias khususnya bagi lebih dari 180 juta populasi Muslim di India.
Sebagai informasi, 80 persen populasi India beragama Hindu. Sedangkan populasi Muslim di India hanya 14 persen dari 1,3 miliar populasi manusia di India. [Mohamad Deny Irawan]