San Juan, Gontornews — Gempa yang menerjang Puerto Rico beberapa waktu lalu berbuntut panjang. Lebih dari 25 persen koloni lebah madu Puerto Rico meninggalkan sarangnya untuk mencari wilayah aman dari gempa.
Direktur Eastern Aplicuture School di Puerto Rico, Hermes Conde, mengatakan bahwa gempa telah menggeser banyak sarang lebah sehingga menyulitkan lebah untuk kembali ke sarangnya.
Sementara itu, gempa juga menggangu para petani lebah untuk memberikan makan secara normal.
“Lebah mencari daerah yang lebih tenang, melarikan diri dari semua pergerakan di zona gempa,” ungkap Conde sebagaimana dilansir Reuters.
Lebah Puerto Rico sendiri meurpakan lebah keturunan Afrika yang dikenal keras dan produktif. Mereka dipandang sebagai pengganti lebah madu Barat yang mati dalam jumlah besar akibat gangguan koloni (Colony Collapse Disorder/CCD).
Para ilmuwan mengatakan lebah Puerto Rico rentan terhadap parasit yang tumbuh akibat penyebaran CCD. Conde mengatakan bahwa 85 persen lebah Puerto Rico musnah akibat diterjang badai Hurricane Maria pada 2017 yang juga menewaskan hampir 3.000 orang di Pulau Karibia.
Sejak saat itu, populasi lebah di Puerto Rico berangsur-angsur pulih hingga mencapai angka 60 persen sebelum gempa berkekuatan 5,9 Skala Richter mengguncang negara pulau tersebut pada 11 Januari 2020 yang lalu.
Berbeda dengan Conde, pakar lebih dari University of Puerto Rico, Tugrul Giray, mengatakan bahwa perginya ribuan lebah dari sarang bukan semata-mata disebabkan oleh gempa melainkan kurangnya makanan yang diberikan oleh peternak karena para peternak lebih memprioritaskan ‘hal lain’ dalam kehidupan mereka.
Meski demikian, Giray mengamini bahwa lebah memang membenci getaran seperti gempa atau semacamnya. Terlebih di Puerto Rico, gempa bumi terus terjadi dan berulang sejak 28 Desember yang menyebabkan koloni lebah meninggalkan sarangnya.
“Peternak lebah di Puerto Rico membutuhkan bantuan khusus saat ini,” pungkas Giray seraya memperingatkan warga bahwa lebah dalam kondisi stres di wilayahnya. [Mohamad Deny Irawan]