Kabul, Gontornews — Lebih dari 1.280 warga sipil Afghanistan tewas dalam enam bulan pertama tahun ini akibat konflik di Afghanistan meskipun ada perjanjian damai antara Amerika Serikat dan gerilyawan Taliban, kata PBB, Senin (27/7).
Kekerasan itu, terutama antara pasukan pemerintah Afghanistan dan Taliban, menewaskan 1.282 orang, dan melukai 2.176, sehingga total kurban 3.458. Demikian Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) mengatakan dalam sebuah laporan.
“Kenyataannya Afghanistan terus menjadi salah satu konflik paling mematikan di dunia untuk warga sipil,” katanya dalam laporan tengah tahun yang dikutip Arabnews.com.
Meskipun ada penurunan 13 persen kurban dari periode yang sama tahun lalu, UNAMA mengatakan Taliban terus menyebabkan sebagian besar korban sipil, terutama melalui penggunaan alat peledak, penculikan dan hukuman eksekusi.
Taliban bertanggung jawab atas 43 persen dari semua korban sipil dan pasukan pemerintah menyebabkan 23 persen, terutama dari serangan udara dan tembakan tidak langsung selama operasi, tambahnya.
UNAMA mengaitkan penurunan 13 persen menjadi lebih sedikit operasi oleh pasukan internasional, serta lebih sedikit serangan oleh militan Daesh (ISIS).
Pada bulan Februari, Amerika Serikat dan Taliban menandatangani perjanjian di Doha, menyusun rencana penarikan pasukan asing dari Afghanistan dengan imbalan jaminan keamanan dari para militan.
Namun, pertempuran telah melonjak dalam beberapa pekan terakhir, didorong oleh perbedaan tentang pertukaran tahanan antara Taliban dan pemerintah Afghanistan, karena Kabul terbukti enggan membebaskan ratusan gerilyawan yang dipenjara.
Kesepakatan Doha mengatur agar pemerintah membebaskan 5.000 tahanan Taliban dengan imbalan ratusan tentara Afghanistan.
Pemerintah Afghanistan telah membebaskan lebih dari 4.000 tahanan Taliban. Pemerintah menolak untuk membebaskan 600 tahanan lainnya dengan alasan mereka terlibat dalam pembunuhan, peredaran gelap narkoba dan serangan-serangan besar. []