Ghouta, Gontornews — Sebanyak 40 truck yang membawa bantuan medis ditarik kembali dari Ghouta Timur ke Ibukota Damaskus setelah pasukan Pemerintah Suriah menekankan serangan di wilayah tersebut. Puluhan mpbil yang membawa bantuan medis dan makanan tersebut ditembaki.
Pejabat Senior PBB, Ali al-Za’tari yang ijut erta dalam konvoi menjelaskan, pihaknya mendengar dengan jelas tembakan di dekat titik persimpangan Ghouta Timur, meskipun sebelumnya sudah ada kesepakatan bahwa bantuan tersebut akan disampaikan dengan aman.
“Kita perlu diyakinkan bahwa kita akan dapat memberikan bantuan kemanusiaan dalam kondisi baik,” Ali al-Za’tari, Reuters.
Selain itu, pemerintah setempat juga telah memerintahkan sebanyak 70 persen obat-obatan untuk dilucuti keluar dari konvoi serta mencegah peralatan trauma, perlengkapan bedah, insulin dan bahan vital lainnya untuk mencapai daerah tersebut. Informasi tersebut dibenarkan Komite Palang Merah Internasional (ICRC). ICRC juga membenarkan beberapa peralatan medis telah diblokir namun tidak memberikan rincian.
Juru Bicara ICRC, Lolanda Jaquemet mengatakan alasan ditarariknya bantuan yang hendak diberikan warga sipil di Ghouta Timur adalah soal keamanan dan keselamatan timnya. Apa yang terjadi di lapangan diluar kemampuan mereka.
“Tim ini aman, tapi mengingat situasi keamanan, keputusan diambil untuk kembali sekarang,” jelas Jaquement.
Sebanyak 10 truk telah meninggalkan kota dalam kondisi epenuhnya tertutup, sementara empat lainnya telah dibongkar sebagian.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan pemogokan menargetkan frontline di dekat kota Harasta dan desa Beit Sawa dan Hosh al-Ashari. Monitor tersebut kemudian mengatakan bahwa 80 orang terbunuh dan lebih dari 300 orang terluka sejak resolusi Dewan Keamanan PBB diterima 10 hari yang lalu.
Presiden Bashar al-Assad mengatakan pada hari Minggu bahwa pasukannya akan terus mendorong ke Ghouta bagian timur, sebuah daerah berpenduduk padat di tanah pertanian dan kota-kota di luar Damaskus yang pasukan pemerintah telah dikepung sejak 2013.[Devi Lusiana]