Jakarta, Gontornews — GeNose ini dulunya sebenarnya bernama e-nose atau hidung elektronik yang ditemukan sejak tahun 2010 oleh dua ilmuwan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Pada mulanya, alat ini digunakan untuk mendeteksi orang yang terkena penyakit TBC. Pada waktu itu, pasien TBC baru mengetahui terkena TBC ketika kondisinya sudah parah dan berbahaya.
Alat ini hadir untuk mengantisipasi dari awal sehingga TBC tidak parah. Berhubung pada tahun 2020 ada Covid-19, maka kemudian alat ini dimanfaatkan untuk mendeteksi adanya Covid-19.
GeNose telah menjalani uji klinis di 10 rumah sakit di Indonesia dan sudah memperoleh izin edar dari Kemenkes.
Seiring semakin meningkatnya permintaan alat GeNose C19 di masyarakat, pemerintah meminta UGM untuk meningkatkan fasilitas produksi dan kualitas dari GeNose C19.
Diharapkan UGM mampu meningkatkan produksi hingga 10-15 ribu per bulan pada Juni-Juli mendatang.
Hingga saat ini UGM terus mengupayakan percepatan produksi GeNose C19, percepatan ini tidak terlepas dari dukungan pemerintah yang mendorong hilirisasi dan promosi hasil riset anak bangsa secara masif.
Sebelumnya GeNose sudah mendistribusikan 3 ribu unit GeNose per bulan ke berbagai daerah di Indonesia.
Alat yang digunakan untuk skrining Covid-19 ini akan ditempatkan di fasilitas pelayanan kesehatan, instansi pemerintahan, institusi pendidikan, perusahaan, serta beberapa fasilitas umum lainnya. [Fathur]