Hasil kajian Bappenas bersama Islamic Development Bank (IDB) dan the Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) tahun Mei 2017 memprediksi bahwa Indonesia, pada 2030-2040, akan mengalami masa bonus demografi. Yakni kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif. Pada periode tersebut, penduduk usia produktif akan mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan 297 juta jiwa.
Jadi, 10 tahun lagi, akan ada 178,2 juta warga produktif di Indonesia. Angka ini setara jumlah jumlah penduduk Indonesia tahun 1989. Agar Indonesia dapat memetik manfaat maksimal dari bonus demografi, OECD dan IDB merekomendasikan agar Indonesia meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan keterampilan agar merela dapat bersaing dan siap menghadapi era keterbukaan pasar tenaga kerja
Dua tahun kemudian. Presiden Jokowi dalam pidato pelantikannya menjadi Presiden RI untuk periode yang kedua, 2019-2024, menegaskan: “Bonus demografi adalah tantangan sekaligus kesempatan besar.’’ Untuk menyongsong bonus demografi, Dia berjanji akan mewujudkan SDM yang dinamis, terampil, dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. ‘’Kita hasilkan talent-talent (potensi SDM) global,” tegasnya di depan Sidang Pleno MPR RI. Acara ini disaksikan para tamu undangan serta jutaan pemirsa di tanah air.
SDM yang berkualitas, menurut Prediden Jokowi, tidak bisa diraih dengan cara lama. Perlu ada cara baru yang dikembangkan. Kita perlu manajemen pengembangan SDM yang baik. Misalnya, menciptakan infrastruktur yang menghubungkan dan mempermudah akses masyarakat ke pusat-pusat pelatihan dan pengembangan keterampilan.
Momentum Bonus Demografi
Optimisme banyak ditebar dalam pidato kenegaraan itu. Pertumbuhan ekonomi dicanangkan tinggi, melampuai capaian pertumbuhan pada periode pertama pemerintahannya. Peningkatan pendapatan perkapita dan perbaikan kesejahteraan rakyat tercipta dalam tahun-tahun kerja kabinetnya. Angka kemiskinan ditarget o% pada 2024. Jika sesuai rencana, Indonesia diskenario akan masuk dalam deretan negara maju dalam lima tahun mendatang.
Optimisme Indonesia dalam menyikapi bonus demografi sesunggguhnya dapat dimanfaarkan oleh kalangan asuransi, khusunya industri asuransi Syariah, untuk melakukan terobosaan, Isu bonus demograsi di masa depan dapat dijadikan momentum pemasaran bagaimana industri asuransi Syariah dapat berkontribusi untuk menyiapkan generasi masa dean dengan penuh haraan. Sederet produk dan jasa asuansi dapat diandalkan untuk dapat bersinergi dengan program-program nasional pembangunan, khusnya dalam penyiapan generasi harapan di masa depan.
Fakta lain, selain bonus demografi, Indonesia juga negara besar dengan penduduk mayoritas Muslim. Ini menjadi peluang pasar yang besar bagi industri asuransi Syariah. Terlebih belakngan ada trend munculnya kesadaran untuk lebih pro-syariah dan religious di kalangan kelas menengah Muslim Indonesia. Perkara masih rendahnya indeks literasi dan market share asuransi Syariah adalah realitas yang harus dihadapi. Sekaligus menjadi tantangan dan peluang untuk melejitkannya melalui momentum bonus demograsi dan menjamurnya fenomena hijrah sebagai ekspresi kesadaran baru kalangan menengah dalam menjalankan kehidupan beragamanya..
Sumber: OJK (2019)
Mitigasi Wabah Menjadi Berkah
Hadinya wabah Covid-19 diakui menjadi musibah yang datang tak terduga. Wabah corona virus yang kini berubah menjadi pandemi Covid-19 menjadi sandungan berat. Rencana pesta akhir tahun dan perayaan awal tahun 2020 tiba-tiba berubah menjadi drama yang memilukan dan menegangkan. Wabah corona virus merebak di Wuhan, pusat pemerintahan dan bisnis Provinsi Hubei, Cina. Dalam waktu dua bulan, Cina yang perkasa sedang limbung. Lebih dari 86 ribu warganya terinfeksi, 3.200 di antaranya tewas. Wuhan Bersama 30 kita lain diblokade dari dunia luar. Untuk meredam penularan, puluhan juta warga dikarantina, tidak masuk-keluar wilayah terdampak Covid-19.
Ada analis yang menghitung, total kerugian yang harus di tanggung Cina akibat pandemic Covid-19 selama Januari- Maret sudah di atas 91 milyar dolar. Jumlah itu pasti akan bertambah lagi, mengingat wabah masih belum reda, meski laju kasus dan kematian dari hari ke hari mulai berkungan do daratan Cina. Tetapi, laju kasus dan kematian akibat Covid-19 di luar Cina, mulai dari benua Eropa, Amerika, Asia, Afrika, hingga Australia sepanjang bulan Maret masih menunjukan grafik menjulang naik.
Reda sejenak di Cina, ternyata meledak di luar Cina. Italia, Iran, Korea Utara, Spanyol sekonyong-konyong menjadi pusat penuaran baru. Sampai tanggal 14 Maret diketahui sudah 127 negara di dunia terdampak virus corona. Krisis ekonomi global tinggal menghitung hari. Singapore sudah merevisi target pertumbuhanya dari sekitar 2% menjadi 0%.
Masa depan dunia menjadi tidak pasti. Pertumbuhan minus dan resesi global sedang menghantui warga global.Namun begitu dari sisi lain, industry asuransi Syariah dapat mngambil hikmahnya. Dari fenomena pandemic Covid-19 kita dapat mebuktikan bahwa musibah atau peristiwa apa pun di masa depan bisa hadir tanda terduga. Justru dari sinilah, urgensi dan oerlunya asuransi menjadi nyata di depan mata.
Maka, industri asuransi syariah yang jeli dan pandai meneropong peluang bisa mengubah musibah menjadi berkah bagi pemasaran asuransi. Apalagi, bila kalangan indurtsi asuransi ada yang dapat dapat melakukan lompatan terobosan dengan mencover asuransi musibah seperti wabah corona tersebut.
Jika pun tidak melakukan terobosan seperti itu, kalangan asuransi masih terbuka lebar untuk memasarkan asuransi dengan muatan investasi, jaminan hari tua, asuransi kesehatan dan wakaf produktif. Melalui produk asuransi, tradisi dan ghairah hidup untuk saling menolong dan bergotong-royong membantu sesama dalam kondisi sangat mebutuhkan dapat dilakukan. Menfasilitasi atau menicptakan lingkungan yang kondusif bagi berlangsungnya tolong-menolong juga masuk hitungan sama-sama berbuat baik. Mereka semua termasuk golongan orang-orang yang berbuat baik dan perbaikan Untuk mereka tersedia baasan berlipat-lipat kebaian. Entah di dunia, apalagi di akhirat kelak. Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadisnya bersabda: “khairunnaas anafuhum linnaas. Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia.”
Sumber: OJK (2019)