Bogor, Gontornews — Setiap orang tentu pernah berbuat salah. Namun barangsiapa yang mau meminta maaf dan juga saling memaafkan antarsesama, tentu ia akan mendapatkan tempat istimewa di mata Allah SWT.
Menyikapi kesalahan orang lain semisal pernah memfitnah, menggunjing, dengki, atau iri dengan kita, butuh ekstra kesabaran untuk menghadapinya. Terlebih jika yang melakukan adalah orang terdekat seperti saudara atau kerabat.
“Menghadapi masalah-masalah seperti itu, ya sebaiknya kita hadapi dengan mau memaafkannya. Sedangkan orang tersebut tetap kita datangi dan hubungi,” ujar Prof Dr KH Didin Hafidhuddin Maturidi MS kepada Gontornews.com.
Rasulullah SAW manusia yang sangat luar biasa sehingga tidak ada yang membencinya. Karena selalu bersilaturahim dari satu suku ke suku lain. Mempertemukan bahkan. Kisah tentang mengangkat hajar aswad ketika banjir semua suku bisa disatukan oleh beliau. Itu karena sifat beliau yang suka bersilaturahim.
“Silaturahim itu menyebabkan kemuliaan di mata manusia juga,” terang dekan Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA), Bogor itu. Begitupun, lanjutnya, dengan sanak saudara atau orang terdekat.
Oleh karenanya, kepada mereka, silaturahimnya tidak sekedar bertemu. Tapi dianjurkan untuk saling tahaddu atau saling memberi hadiah karena semata-mata demi memupuk rasa kasih dan sayang.
Silaturahim pun afdholnya dengan bertatap muka, tidak sekadar via sms (short message). “Karena bertatap muka itu lain,” ujar Prof Didin. Ketika kita saling bertemu dan bersalaman akan ada getaran hati tersendiri.
“Ketika melihat wajah yang kita benci kemudian ia menebarkan salam, maka kala itu tensi permusuhan akan turun,” pungkas pria kelahiran Bogor, 21 Oktober 1951 tersebut. <Edithya Miranti>