Mekkah, Gontornews — Untuk memastikan keamanan selama musim haji dan untuk mencegah penyebaran virus corona (COVID-19), otoritas Arab Saudi memanfaatkan teknologi untuk membantu para jamaah menjalankan ibadah haji dengan tenang dan nyaman.
Sebelum pandemi, sekitar 2,5 juta peziarah dari seluruh dunia berkumpul di Tanah Suci. Tetapi karena pandemi COVID-19, haji tahun ini dibatasi hanya untuk 60.000 peziarah, dan semuanya datang dari dalam Kerajaan Saudi sendiri.
Arabnews.com mengabarkan, begitu jamaah haji tiba, mereka langsung diberi akses ke kartu pintar, gelang pintar, dan layanan robot pintar — semuanya dimaksudkan untuk membuat pelaksanaan ibadah haji menjadi lebih nyaman.
Fitur dari kartu pintar yang diperkenalkan oleh Kementerian Haji dan Umrah ini mencakup komunikasi jarak dekat (NFC) dan barcode yang akan menyimpan informasi pribadi, medis, dan tempat tinggal. Mereka juga akan memandu peziarah ke tempat tinggal (maktab) di tempat-tempat suci.
Menurut Hamad Al-Eshiwan, direktur pusat media di Kementerian Haji dan Umrah, kartu pintar itu diproduksi secara lokal dan diberikan kepada para jamaah tahun ini dan juga untuk para jamaah umrah di masa depan.
“Kami juga akan menyediakan teknologi ini kepada perusahaan haji internasional lainnya untuk klien haji dan umrah di masa depan,” katanya.
Al-Eshiwan juga mengatakan setiap kartu diberi kode warna karena warna yang berbeda menghubungkan pemegang kartu ke rumah masing-masing di tempat suci. Mereka juga memungkinkan akses ke pintu pintar dan pintu masuk ke tempat perkemahan di tempat-tempat suci.
Selain informasi penting jamaah, kartu tersebut juga memungkinkan jamaah untuk memeriksa rute perjalanan dan jadwal haji yang telah direncanakan sebelumnya. Melalui kartu ini, peziarah dapat memilih makanan sehari-hari mereka, yang akan membantu menghindari tempat-tempat ramai.
Amr Al-Maddah, wakil menteri untuk Layanan Haji dan Umrah, mengatakan bahwa kartu pintar itu diluncurkan untuk menempatkan keselamatan dan kenyamanan jamaah sebagai prioritas utama dan untuk “memperkaya pengalaman mereka.”
Dia menambahkan bahwa peziarah dapat mengisi kuesioner evaluasi layanan tentang pengalaman mereka karena umpan balik mereka akan membantu meningkatkan layanan dan memenuhi harapan tertinggi peziarah.
Kartu pintar juga dapat ditautkan dan dibaca melalui aplikasi “Sha’ir”, yang juga akan membantu pihak berwenang dalam menyediakan layanan apa pun yang diminta.
Saudi Data and Artificial Intelligence Authority (SDAIA) meluncurkan layanan gelang pintar bekerjasama dengan Program Layanan Tamu Tuhan, dalam kemitraan dengan Saudi Telecom Company Group (STC).
Sekitar 5.000 gelang dibagikan kepada para peziarah tahun ini. Gelang yang berbentuk jam tangan ini dilengkapi dengan GPS dan menggunakan data untuk teknologi Internet of Things (IoT).
Gelang itu menyediakan layanan terintegrasi yang mencakup semua data pribadi seorang peziarah, termasuk status kesehatannya terkait COVID-19.
Dr Abdullah bin Sharaf Al-Ghamdi, presiden SDAIA, menggambarkan inisiatif tersebut sebagai langkah penting untuk melayani para peziarah. “Peziarah yang memakai gelang ini dapat memeriksa detak jantung dan tingkat saturasi oksigen mereka,” kata Al-Ghamdi.
“Mereka juga dapat meninjau status kesehatan mereka karena gelang ini terhubung dengan aplikasi Tawakkalna.”
Tidak hanya itu, dengan gelang, peziarah dapat melaporkan masalah keamanan atau mencari bantuan dari pusat kendali mereka, yang mencakup perwakilan dari berbagai otoritas kesehatan, keamanan, dan haji.
“Pusat ini memantau segala sesuatu yang terjadi pada para peziarah, apakah itu masalah keamanan atau kesehatan, atau bahkan kecelakaan,” kata Al-Ghamdi. “Gelang ini juga dapat membantu pihak berwenang mengambil tindakan saat dibutuhkan.”
Sementara itu, Kepresidenan Umum Masjidil Haram dan Masjid Nabawi meluncurkan layanan robot pintar bulan lalu. Sebanyak 10 robot bergabung dengan tim desinfeksi Masjidil Haram.
Untuk menahan penyebaran COVID-19, robot-robot tersebut membantu dalam rutinitas disinfeksi Masjidil Haram. Robot dilengkapi dengan program khusus untuk menganalisis persyaratan desinfeksi area yang ditugaskan. Mereka dapat beroperasi antara lima dan delapan jam tanpa campur tangan manusia.
Pada musim haji 2019, Kementerian Kesehatan memperkenalkan robot haji yang pertama, yang memberikan konsultasi dan pemeriksaan medis dari jarak jauh dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Asisten profesor AI di Universitas Umm Al-Qura, Tahani Al-Subait, mengatakan kepada Arab News bahwa seorang dokter di Riyadh, misalnya, dapat memberikan bantuan medis melalui robot kepada seorang pasien di tempat-tempat suci. “Dokter dapat memantau robot dari jarak jauh dan memerintahkannya untuk mengukur suhu pasien dan memeriksa denyut nadi mereka dengan stetoskop,” katanya. []