Washington, Gontornews–Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) sedang melakukan pengkajian persihal keputusan Barack Obama yang menyetujui penyumbangan dana Rp2,9 triliun ke Palestina di menit-menit terakhir masa jabatannya. Keputusan ini juga menjadi sorotan anggota kongres dari Partai Republik.
Dikutip dari laman salon (25/1), keputusan Obama ini akan dikaju ulang untuk menyelaraskan kebijakan Presiden Donald Trump dan memastikan penggunaan dana tersebut. Selain menggelontorkan 2,9 triliun untuk Palestina, Obama juga mengatakan kepada Kongres akan memberikan 6 juta USD untuk urusan luar negeri, termasuk 4 juta USD untuk program perubahan iklim dan 1.250 ribu USD untuk organisasi PBB.
Semula, Kongres sudah menyetujui pendanaan untuk Palestina dalam anggaran tahun 2015 dan 2016, tapi dua anggota parlemen GOP – Ed Royce dari California, Ketua DPR Komite Urusan Luar Negeri, dan Kay Granger dari Texas, yang duduk di Komite Alokasi House berpendapat, dana untuk Palestina diambil dari alokasi organisasi internasonal.
“Saya sangat kecewa bahwa Presiden Obama menentang pengawasan Kongres dan memberikan USD221 juta (RP2,9 triliun) untuk Palestina,” bunyi pernyataan yang dirilis Granger.
“Saya akan bekerja untuk memastikan bahwa tidak ada dolar dari pembayar pajak AS akan mendanai Otoritas Palestina kecuali dalam kondisi tertentu. Meski tidak satu pun dari dana tersebut akan mengalir ke Otoritas Palestina karena kondisi mereka, mereka akan mengalir ke program di Palestina. Wilayah yang masih dikaji oleh Kongres. Keputusan Pemerintahan Obama untuk melepaskan dana tersebut adalah tidak pantas,” imbuhnya.
Pendanaan untuk Palestina tentu menarik kemarahan anggota Kongres pendukung Trump di Gedung Putih. Trump telah bersumpah untuk menjadi pendukung kuat Israel dan telah mengundang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi Washington bulan depan.
Ia juga berjanji untuk memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem, yang saat ini ditentang banyak pihak karena kebijakan tersebut bertentangan dengan semangat perdamaian dunia. [Ahmad Muhajir]