Ponorogo, Gontornews — “Man jadda wa jada,” ujar Dwi Rida Astuti. Barangsiapa yang ingin berhasil maka harus siap bangkit setelah gagal. Terlebih, bagi para pemula bisnis kuliner, jangan menyerah mencoba beragam resep terbaik meski berulang-kali gagal.
Menjadi seorang ibu dengan dua orang anak yang masih kecil, tidak membuat Rida berhenti untuk berkarya. Rida yang sejak awal sangat menyukai dunia kuliner, akhirnya bertekad untuk mengembangkan hobinya menjadi bisnis rumahan yang menguntungkan.
“Saya suka sekali membuat aneka kue. Hingga akhirnya pada tahun 2017 saya niatkan untuk serius menggeluti bisnis ini,” terang wanita asal Mojorejo, Jetis, Ponorogo tersebut. Kala itu, ia pun mulai menerima pesanan masyarakat untuk Hari Raya Idul Fitri.
Berkat kepiawaiannya dalam membuat kue dan mengatur waktu untuk keluarga, kini Rida bisa menerima pesanan aneka kue setiap hari. “Jika ada yang memesan kue di hari-hari biasa, saya siap. Tinggal menghubungi nomor Whatsapp saya di 085736508156,” sambung istri Amat Ajianto itu.
Sejauh ini, pembuatan aneka kue masih dikerjakan sendiri oleh Rida dan suami. “Namun menjelang Hari Raya Idul Fitri nanti, kemungkinan saya akan mencari asisten untuk membantu membuat kue. Karena suami akan fokus mengerjakan keripik tempe,” jelasnya.
Beberapa jenis makanan yang dijual antara lain, aneka kue kering sajian lebaran (kue kacang dan kue kurma coklat nastar), aneka makanan tradisional dan camilan (keripik tempe, roti, dan ciffon cake).
“Pada hari biasa, banyak yang memesan ciffon cake seharga Rp 40ribu/loyang,” tambah Rida. Ciffon cake milik Rida memang cukup banyak diminati pembeli.
Karena selain rasanya yang nikmat, teksturnya juga sangat lembut, ukuran besar, dan harganya sangat terjangkau. Tak kalah dengan ciffon cake di toko ternama di daerah setempat.
Anak dari pasangan Boyati dan Prayitno itu pun lantas mencoba menjajakan kue buatannya via media sosial, seperti Facebook dan Whatsapp. Jika masuk waktu Ramadhan, aneka kue kering dititipkan ke sejumlah toko.
Sedangkan untuk keripik tempe, ia titipkan ke toko-toko terdekat, sekolah, juga pedagang sayur matang. “Ada juga pembeli yang langsung membeli banyak keripik tempe untuk bisa dijual kembali,” sambungnya.
Kendalanya, lanjut wanita kelahiran Ponorogo, 15 Maret 1985, terkadang ada toko yang tidak bersedia dititipi barang dagangannya, jadi harus sabar.
Berkat kegigihan dalam membangun bisnis kuliner rumahan ini, sedikit demi sedikit Rida mulai bisa mandiri dan menabung untuk membantu perekonomian keluarga.
“Saya berharap ke depan semakin banyak orang yang mengenal dan suka dengan hasil produk saya,” ujar ibunda Fairuz dan Abrizam ini. “Sehingga usaha ini bisa terus berkembang dan bisa memiliki toko kue sendiri,” tutupnya kepada Gontornews.com. <Edithya Miranti>