Surabaya, Gontornews — Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, Rabu (31/8/2022), mengungkap rahasia kerukunan organisasi yang ia pimpin dengan organisasi Islam besar lainnya, Muhammadiyah. Menurut Gus Yahya, sapaan akrab KH Yahya Cholil Staquf, persaudaraan NU dan Muhammadiyah terjalin karena menyadari rasa persaudaraan kebangsaan.
Gus Yahya menjelaskan bahwa banyak orang yang membuat rangkaian nalar bahwa persaudaraan keislaman adalah bingkai yang paling kecil, kemudian yang lebih besar yaitu persaudaraan kebangsaan dan bingkai yang lebih luas lagi adalah persaudaraan kemanusiaan. Padahal, Gus Yahya menjelaskan bahwa nalar rangkaian tersebut tidak tepat dan cenderung terbalik.
“Menurut saya sebenarnya ini rangkaian nalar yang terbaik. Mestinya, Ukhuwah Islamiya baru bisa dimungkinkan kalau ada ukhuwah wathaniyah. NU dan Muhammadiyah tidak akan bisa rukun kalau tidak menyadari persaudaraan kebangsaan,” kata Gus Yahya saat menghadiri stadium generale Universitas Surabaya (UBAYA), Rabu. Hadir pula dalam acara ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir.
“Kami (NU dan Muhammadiyah) bisa rukun karena kita punya tanggung jawab atas bangsa ini sehingga mau tidak mau harus rukun. Kita punya kesadaran kebangsaan itu hanya mungkin kalau kita punya kesadaran tentang kemanusiaan,” sambung Gus Yahya sebagaimana dilansir NU Online.
Lebih lanjut, Gus Yahya menambahkan bahwa prasyarat dari persaudaraan keislaman yaitu persaudaraan kebangsaan. Dan prasyarat persaudaraan kebangsaan itu adalah persaudaraan kemanusiaan. Kepentingan membangun harmoni beragama, bahkan, bukan hanya untuk kepentingan untuk merawat saja tetapi juga merupakan mandat proklamasi.
“Kalau kita lihat sejarah BPUPKI kita tahu bahwa di situ ada para pemimpin Indonesia dengan latar belakang yang sangat beragam dan dengan perbedaan yang diametral. Bayangkan, mulai dari pendukung rasionalisme barat, pendukung tradisionalisme lokal, ada mulai dari komunisme, sampai ke Islamisme. Mereka harus mencari titik temu supaya bisa lahir negara tempat semua orang boleh hidup bersama yang hasilnya adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,” ungkap Gus Yahya.
“Para pendiri bangsa membuat kerangka kerja yang sebetulnya komprehensif mulai dari nilai dasar sampai pada tatanan yang harus diwujudkan di bumi. Yang pertama dibutuhkan adalah soal demokrasi agar dapat hidup damai, karena realitas kita yang berbeda-beda dan di tengah perbedaan kita hanya bisa berdamai jika setara dan tidak ada diskriminasi,” pungkasnya. [Mohamad Deny Irawan]