Moskow, Gontornews — Kantor Presiden Kazakhstan mengatakan pada hari Ahad (9/1) bahwa sekitar 5.800 orang telah ditahan oleh polisi dalam protes yang berkembang menjadi kekerasan pekan lalu dan mendorong aliansi militer yang dipimpin Rusia untuk mengirim pasukan ke negara itu.
Kantor Presiden Kassim-Jomart Tokayev mengatakan bahwa kondisi di negara itu telah stabil dan pihak berwenang telah mengambil alih kendali atas bangunan administrasi yang dikuasai oleh para pengunjuk rasa, beberapa di antaranya terbakar.
Stasiun TV Rusia MIR-24, dikutip Arabnews.com, mengatakan tembakan sporadis terdengar di Almaty, kota terbesar di negara itu, pada hari Ahad tetapi tidak jelas apakah itu tembakan peringatan dari aparat penegakan hukum.
Tokayev pada hari Jumat memerintahkan polisi dan militer untuk mengambil tindakan tegas dan menembak untuk memulihkan ketertiban.
Bandara Almaty, yang telah diambil oleh pengunjuk rasa pekan lalu, tetap ditutup tetapi diperkirakan akan melanjutkan operasi pada hari Senin.
Protes atas kenaikan tajam harga bahan bakar LPG dimulai di bagian barat negara itu pada 2 Januari dan menyebar ke seluruh negeri.
Tokayev berpendapat bahwa demonstrasi disulut oleh “teroris” dengan dukungan asing. Pernyataan dari kantornya pada hari Ahad mengatakan, di antara orang-orang yang ditahan itu termasuk “sejumlah warga negara asing”.
Namun tidak dijelaskan berapa banyak yang masih ditahan pada hari Ahad.
Mantan kepala agen kontra dan anti-teror Kazakhstan ditangkap karena tuduhan upaya penggulingan pemerintah. Penangkapan Karim Masimov, yang diumumkan Sabtu, dilakukan hanya beberapa hari setelah ia dicopot sebagai Kepala Komite Keamanan Nasional oleh Tokayev.
Pihak berwenang mengatakan pasukan keamanan menewaskan 26 demonstran dalam kerusuhan pecan ini dan 16 petugas penegak hukum meninggal.
Atas permintaan Tokayev, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif, aliansi militer yang dipimpin Rusia dari enam bekas negara Soviet, mengirim sekitar 2.500 pasukan Rusia ke Kazakhstan sebagai pasukan perdamaian.[]