Jakarta, Gontornews — Lebih dari 350 kiai pengasuh pesantren dari seluruh Indonesia menghadiri silaturahim dan seminar nasional bertajuk “Strategi Penguatan dan Pengembangan SDM Unggul untuk Penguatan Pesantren dan Lembaga Pendidikan Islam Menyongsong Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan di Gedung MPR RI, Kamis (23/1/2025). Seminar ini hasil kerjasama ASFA Foundation dengan MPR RI.
Ketua ASFA Foundation Komjen (Purn) Dr H Syafruddin Kambo, MSi mengundang para pengasuh pesantren Salafiyah, Ashriyah dan Muhammadiyah dari Aceh hingga Papua. Mereka hadir sebagai ikhtiar menegaskan dan meneguhkan peran serta kontribusi konstruktif pesantren bagi bangsa dan negara Indonesia.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar nasional tersebut, antara lain: Ketua MPR RI H Ahmad Muzani, Wakil Ketua MPR RI Dr Hidayat Nur Wahid, Pembina ASFA H Timothy Savitri, Ketua Baznas Prof Dr KH Noor Achmad, Rektor IPB Prof Dr Arif Satria, Ketua Umum Forum Komunikasi Pesantren Muadalah (FKPM) Prof Dr KH Amal Fathullah Zarkasyi, dan Pengasuh Pondok Pesantren Tremas FKPM KH Lukman Al-Hakim At-Tarmasi, dan Deputi PMK Bappenas Amich Al-Humami, Ph.D.
Seminar yang dimoderatori langaung oleh Ketua DPS ASFA KH Anang Rikza Masyhadi, Ph.D juga mendapatkan berbagai masukan pemikiran dari para penanggap diskusi, antara lain: Anggota Majelis Masayikh Dr KH Abdul Ghofur Maemun, Ketua LP2M PP Muhammadiyah Dr Maskuri, Wakil Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Pesantren Dr KH Zulkifli Muhadli, Mantan Rektor UIN Jakarta Prof Amani Lubis, Anggota Komisi VIII DPR RI H Sudian Noor.
Ketua ASFA Foundation Komjen Syafruddin menjelaskan bahwa pembangunan SDM ke depan mesti disiapkan dengan serius dan dikerjakan secara bersama-sama dalam semangat sinergi dan kolaborasi. Ia juga menekankan pentingnya peran lembaga filantropi untuk mendukung gerakan penguatan SDM ini.
Sedangkan Ketua MPR H Ahmad Muzani mengapresiasi peran dan kontribusi ASFA dalam penguatan SDM di pesantren. Menurutnya, hal ini dapat menjadi benchmark bagi berbagai pihak untuk memikirkan kelangsungan pesantren di masa depan. Ia juga menegaskan bahwa negara akan meningkatkan perhatiannya kepada upaya-upaya semacam ini.
Muzani menegaskan bahwa peranan pesantren di Indonesia sangat penting bagi bangsa Indonesia, bahkan jauh sebelum kemerdekaan. Menurutnya, Bangsa Indonesia berhutang budi kepada pesantren karena telah melakukan pendidikan bagi anak bangsa jauh sebelum Indonesia merdeka.
Senada, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menyebutkan bahwa di samping ada potensi besar pengembangan SDM, juga ada tantangan besar, terutama pada degradasi moral generasi muda bangsa. Judi online dan narkoba, menurutnya, merupakan dua tantangan paling berat yang mesti kita selesaikan melalui penguatan kerjasama seperti ini.
Sementara itu, Deputi PMK Bappenas Amich Al-Humami memaparkan kebijakan transformatif pembangunan manusia dalam RPJPN 2025-2045. Ia menitikberatkan bahwa salah satu tantangannya pada ketersediaan SDM yang unggul. Maka, keberadaan pesantren sebagai penyedia layanan pendidikan bangsa sangatlah strategis.
Kiai Amal dan Kiai Lukman Tremas, perwakilan dari pesantren ashriyah dan salafiyah, sependapat perlunya terus menjalin ukhuwah dan ta’awun antarpesantren. Menurut keduanya, setelah adanya UU Pesantren No.18 Tahun 2019, maka diharapkan rekognisi, afirmasi dan fasilitasi pesantren dapat lebih dimaksimalkan oleh pemerintah dan semua stakeholder yang terkait, termasuk dunia perguruan tinggi.
Rektor IPB University Prof Arif Satria menyoroti peluang dan tantangan bonus demografi Indonesia. Menurutnya, kita perlu belajar dari negara-negara lain yang pernah berhasil menjadikan bonus demografi sebagai momentum kebangkitan teknologi dan kemakmuran ekonomi. Jepang, Cina dan Korsel menjadi contoh di antara negara yang berhasil itu.
Ia juga menegaskan bahwa perguruan tinggi perlu membangun mitra dengan pesantren dalam upaya penguatan SDM ini. Hal itulah yang dilakukannya sebagai Rektor IPB dengan memberikan skema Beasiswa Kader Pesantren.
Senada, Kiai Zulkifli menyatakan perlunya pesantren melakukan transformasi menjadi perguruan tinggi pesantren. Sebab, menurutnya, jika pada masa lalu pesantren dianggap telah berkontribusi melalui lulusannya di pendidikan menengah, maka tantangan masa depan pesantren dituntut berkontribusi melalui lulusan di level pendidikan tinggi.
Silaturahim dan seminar para kiai pesantren yang sangat fenomenal itu juga dihadiri oleh Duta Besar Saudi Arabia, Mesir, Maroko dan Suriah. []