Subang, Gontornews — Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, KH Hasan Abdullah Sahal, menandatangani prasasti Peresmian Masjid Al Hamid Pondok Modern Darul Falah Cimenteng Subang, Sabtu (8/1/2021). Acara ini dihadiri oleh para pimpinan pondok alumni Gontor, baik di sekitar Subang maupun luar Subang, anggota Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor cabang Subang, Bandung dan sekitarnya, serta para tokoh masyarakat sekitar.
Masjid seluas 400 meter persegi yang berada di Kompleks Pondok Modern Darul Falah Cimenteng, Subang, itu merupakan wakaf dari H Agus Hamid dan Hj Juju Juariah. Dibangun di atas ketinggian dengan arsitektur modern karya Ariston, arsitek asal Pekalongan yang juga mewakafkan design gambarnya.
Dalam amanat dan nasihatnya, KH Hasan Abdullah Sahal menekankan kembali pentingnya keberadaan pesantren dalam menjaga akhlak dan masa depan bangsa. Pesantren juga menjadi garda terdepan dalam perjuangan merebut kemerdekaan dan mempertahankan keutuhan NKRI. Para santri yang belajar di pesantren, mendapat pendidikan keagamaan, pendidikan mental dan karakter, pendidikan tentang kehidupan, sehingga kelak terjun ke masyarakat menjadi orang yang terhormat dan berharga serta bermanfaat. “Saat ini banyak orang yang dihormati dan dihargai, padahal sejatinya tidak terhormat dan tidak berharga,” papar Kiai Hasan.
Pimpinan Pondok Modern Darul Falah Cimenteng Ustadz Komarudin S.Pd dalam sambutannya menyampaikan bahwa Pondok Modern Darul Falah Cimenteng Subang, dibangun dengan konsep wakaf. “Pondok ini diwakafkan untuk umat Islam seluruh dunia. Bukan milik perorangan, keluarga ataupun yayasan tertentu. Seluruh assetnya, baik berupa tanah maupun bangunan diwakafkan. Demikian juga pengelolaannya. Tidak ada kepentingan pribadi ataupun keluarga dalam pengelolaan wakaf pondok ini. Semua yang terlibat dalam pengelolaan pondok, termasuk pimpinan pondoknya, hanya mempunya prinsip give, give and give. Tidak ada take and give.”
Sedangkan Ketua Dewan Pembinan Yayasan Pesantren Darul Falah Cimenteng H Agus Maulana mengatakan, pondok ini menjadi ajang semua unsur dan elemen masyarakat untuk berkontribusi terhadap pendidikan masyarakat dari kalangan tidak mampu, agar mendapatkan kualitas pendidikan yang memadai. “Pondok ini pondok yang mandiri, tidak boleh diintervensi oleh siapapun. Tidak boleh bergantung pada siapapun. Oleh karena itu harus menjaga kemandiriannya, termasuk kemandirian ekonomi,” ujarnya.
Karena itulah pihaknya terus membangun sumber-sumber pendanaan yang berbasis pada wakaf produktif. Unit usaha dikelola secara profesional, tapi berbasis wakaf. “Melalui pengembangan wakaf produktif tersebut, pondok ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dirinya, baik operasional maupun pengembangan infrastruktur pendidikan lainnya secara optimal. Memberikan beasiswa secara penuh kepada para santri yang tidak mampu, serta membuka akses bagi masyarakat miskin untuk mendapatkan pendidikan pesantren yang berkualitas,” terang Ustadz Agus Maulana.[]