Adelaide, Gontornews – Berbeda kondisi warga Muhammadiyah (WM) di Melbourne dan Sydney. WM di Adelaide didominasi oleh para mahasiswa yang menempuh program magister dan doktor. Selain itu, di Adelaide, mahasiswa mendapatkan fasilitas yang sama seperti yang diterima penduduk pribumi.
Di antara fasilitas yang diterima oleh para WM dan warga Indonesia di Adelaide adalah mendapatkan visa permanen, pinjaman dana pendidikan, bekerja baik di pemerintahan maupun swasta, mendapatkan jaminan sosial, hingga asuransi kesehatan. Bahkan, jika memiliki anak yang lahir di Australia maka bisa diajukan menjadi warga negara Australia.
Di kota ini, sebagaimana dilansir Muhammadiyah.or.id, Pengurus Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) di Adelaide baru disahkan pada Mei 2016 yang lalu. Meski demikian, kegiatan-kegiatan seperti konsolidasi, pendataan kewargaan hingga keanggotaan Muhammadiyah siap dilaksanakan.
“Mereka giat melakukan berbagai aktivitas keagamaan seperti diskusi, kajian dan pengajian. Hal yang unik dari PRIM di Adelaide, aktivitas kami banyak didukung oleh para aktivis Nahdhatul Ulama (NU) yang ada di sana,” kata Wakil Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) PP Muhammadiyah, Munawwar Khalil.
Bersama-sama dengan NU, PRIM mengadakan Kajian Islam Adelaide (KIA). Setiap akhir pekan, PRIM mengadakan kajian Ihya Ulumuddin yang dibawakan oleh Sukendar Sodik, tokoh Muhammadiyah dan dosen UIN Semarang yang melanjutkan studi S3 di Flinders University.
Bagi Munawwar, mengunjungi cabang dan ranting istimewa di Australia sangat bermanfaat karena pola saling menguatkan satu sama lain dalam bingkai iman dapat terealisasi di negara Barat.
“Dan tentu, safari ini hanyalah bagian kecil dari upaya Muhammadiyah, yang misinya, tidak hanya tiada henti menyinari negeri namun juga perlu lebih maju merangsek menjadi tiada henti menyinari dunia dengan cahaya Islam, yang ditandai dengan terbitnya sang surya di Adelaide yang terkenal dengan kota seribu gereja,” pungkasnya. [Mohamad Deny Irawan/Rus]