Bogor, Gontornews – Kelompok 10 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Desa Dukuh Institut Agama Islam Sahid (INAIS) Bogor menggelar seminar “Cerdas Berdigital”, Rabu (11/9/2024). Seminar kerjasama dengan Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Ihsan ini menghadirkan dua narasumber: Ir Rusdiono Mukri, MPd dan Aldi Surizkika, MSos. Keduanya dosen INAIS Bogor.
Dalam pemaparan bertajuk “Literasi Digital: Memandu Informasi Memerangi Konten Menyesatkan”, Rusdiono Mukri menyebutkan, literasi digital adalah kemampuan individu untuk mengakses, memahami, mengevaluasi, dan menciptakan informasi digital. “Di era digital yang serba cepat seperti sekarang ini, literasi digital menjadi semakin penting untuk menavigasi informasi dan mencegah konten yang menyesatkan,” ujarnya di depan lebih dari 100 siswa Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah Darul Ihsan Desa Dukuh, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Juga hadir pada seminar yang berlangsung di Gedung Serba Guna Al-Fath itu, Kepala MA Darul Ihsan Rapik SPd.I dan Kepala MTs Darul Ihsan Arif SPd.I, serta para guru MA dan MTs Darul Ihsan.
Lebih lanjut Rusdiono mengatakan, para pelajar harus melek digital. Sebab, literasi digital sangat penting untuk memahami dan memanfaatkan teknologi secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. Literasi digital melibatkan kemampuan untuk menavigasi platform digital, menilai kredibilitas informasi, dan melindungi diri dari informasi yang salah. “Literasi digital memberdayakan individu untuk membuat keputusan yang tepat secara online, mendorong pemikiran kritis dan perilaku digital yang bertanggung jawab,” paparnya.
Karena itu menurutnya, meningkatkan literasi digital sangat penting untuk memerangi penyebaran informasi yang salah dan berita palsu di era digital. Untuk itu para pelajar harus mengenali ciri-ciri konten yang menyesatkan.
Di antara ciri-ciri konten yang menyesatkan, yaitu: pertama, judul yang provokatif, yang membuat orang penasaran atau marah. Kedua, bahasa yang cenderung emosional, bahasa yang menggunakan kata-kata yang memicu emosi, seperti “terkejut” atau “mengerikan”. Ketiga, sumber yang tidak jelas, tidak menyebutkan sumber informasi yang kredibel. Keempat, informasinya tidak akurat, mengandung fakta yang salah atau informasi yang diputarbalikkan.
Menurut Rusdiono ada cara atau teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi konten yang menyesatkan, seperti memeriksa kredibilitas sumber, membandingkan informasi dari berbagai sumber, dan menggunakan alat verifikasi fakta.
Sementara itu pembicara kedua, Aldi Surizkika, menyampaikan pemaparan bertajuk “Artificial Intellegences (AI) dan Kesenjangan Sosial.” Ia menyebutkan, kehadiran artificial intellegences atau kecerdasan buatan sangat membantu kehidupan manusia. Termasuk membantu pelajar menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya.
Namun, kehadiran AI bisa disalahgunakan untuk tindak kejahatan seperti penipuan. Karena itu kita harus cerdas berdigital. “Harus tetap waspada dan jeli melihat fakta,” ujarnya. []