Jakarta, Gontornews–Setelah menjalani puasa Ramadan, umat Islam di seluruh dunia, merayakan Hari Raya Idul Fitri 1437H. Sebagai refleksi Syawal, Menag Lukman Hakim Saifuddin mengajak umat Islam untuk menjadikan latihan sebulan di Ramadan sebagai bekal menghadapi kehidupan di sebelas bulan mendatang dengan penuh pengendalian diri.
Γ’β¬ΕHawa nafsu adalah musuh utama setiap kita. Memasuki Syawal, kita diharapkan bisa menjalani hidup ini dengan penuh kemampuan mengendalikan diri sehingga jati diri kita lebih terpelihara,Γ’β¬Β demikian pesan Menag dikutip kemenag.go.id (5/7).
Menurutnya, Idul Fitri secara harfiah berasal dari kata Id dan Fitri. Id berarti kembali, sedang fitri berarti kesucian. Maka Idul Fitri berarti kembali ke jati diri kemanusiaan. Γ’β¬ΕSetelah sebulan menempa diri, maka di akhir kita diharapkan menjadi manusia baru yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. Itu yang ke depan harapannya perlu dijaga dan dipelihara,Γ’β¬Β tuturnya.
Di singgung soal tradisi mudik dan halal bi halal, Menag mengatakan bahwa keduanya adalah tradisi khas Indonesia dan merupakan buah kearifan para pendahulu bangsa dalam memaknai Idul Fitri. Dikatakan Menag, substansi mudik dan halal bI halal adalah bermaafan. Γ’β¬ΕPendahulu kita memaknai Idul Fitri dengan kembali pada kesucian kita. Untuk menyempurnakan kesucian kita, diperlukan saling memaafkan. Itulah makna mudik. Menemui kerabat, handaitaulan dan orang orang yang membesarkan kita,Γ’β¬Β katanya.
Γ’β¬ΕMakna pulang kampung, nilai spiritualitasnya tinggi sekali. Setelah memohon ampunan pada Tuhan, dilanjutkan dengan bermaafan antar sesama manusia,Γ’β¬Β tambahnya.
Menag menambahkan bahwa dorongan emosional dalam tradisi mudik sangat tinggi sehingga meski dengan berbagai cara, hal itu dilakukan dengan penuh kegembiraan. Dorongan emosional itu tidak terlepas dari makna spiritualitas yang terkandung di dalamnya. [Fathur/DJ]