Jenewa, Gontornews — Badan kriminal PBB melaporkan penurunan 11 persen total korban perdagangan manusia yang pertama dalam dua dekade terakhir. United Nations Officer for Drug and Criminal (UNODC) mengungkap bahwa pembatasan Covid-19 yang berlaku di hampir semua negara merupakan faktor utama penurunan jumlah korban perdagangan manusia.
“Pembatasan pergerakan pada pandemi setidaknya mengurangi operasi bisnis dalam bentuk perdagangangan, termasuk pedagangan untuk tujuan eksploitasi seksual dan perdagangan lintas batas,” ungkap Laporan Global UNODC tentang perdagangan manusia 2022.
UNODC melaporkan penurunan sebesar 11 persen dari jumlah korban perdagangan manusia terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah. Tidak hanya itu, neara-negara berpengashilan menengah yang berjuang mengatasi pandemi dengan sistem keadilan, sosial dan kesehatan juga melaporkan penurunan serupa.
Anadolu melansir, laporan UNODC memaparkan penurunan tertinggi terlihat di Asia Timur dan Pasifik dengan 59 persen. Sementara wilayah lain seperti Afrika Tengah dan Timur Tengah juga mengalami penurunan hingga 40 persen serta Amerika Tengah dan Karibia dengan 36 persen.
Sedangkan korban yang berhasil menyelamatkan diri mencapai 41 persen. Dalam prosesnya, mereka berhasil menghubungi pihak berwenang atas inisiatif sendiri karena respons lembaga antiperdagangan manusia terhitung gagal.
Sementara itu, lembaga penegak hukum berhasil menyelamatkan 28 persen korban perdagangan manusia. Sebelas persen penyelamatan dilakukan oleh masyarakat atau orang asing, 10 persen karena tindakan awal keluarga korban, 9 persen dari lembaga lain atau masyarakat sipil sementara 1 persen lainnya karena tindakan lain.
“Ini merupakan hasil yang mengkhawatirkan karena banyak korban perdagangan tidak mengidentifikasi mereka sebagai korban,” tutup laporan tersebut. [Mohamad Deny Irawan]