Beledweyne, Gontornews — Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyerukan agar dilakukan tindakan segera untuk mengatasi banjir yang melanda Somalia. Sebab, sekitar 200 ribu anak-anak berisiko kekurangan gizi dan wabah penyakit akibat dampak dari banjir yang terjadi di tanduk Afrika itu.
Selain ratusan ribu anak-anak, lebih dari setengah juta orang juga terdampak banjir yang diakibatkan oleh fenomena cuaca Dipole Samudera Hindia, yang terjadi Minggu (3/11) kemarin.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (5/11), UNICEF mengatakan ribuan keluarga tinggal di kamp sementara atau di tempat terbuka. Mereka sangat membutuhkan air bersih, sanitasi, tempat berlindung yang aman, kesehatan serta persediaan makanan.
Badan kemanusiaan PBB mengatakan,
hujan lebat telah mengakibatkan 547.000 orang di Somalia terdampak dan menelantarkan 370.000 orang lainnya.
“Anak-anak sangat rentan pada masa darurat,” kata Werner Schultink, Perwakilan UNICEF Somalia seperti yang dikutip Aljazeera.
Schultink juga mengatakan jika tidak segera bertindak tegas, dampak banjir akan terus melanda Somalia dalam waktu yang lama akibat dari ketinggian air yang sulit surut.
Hujan dan banjir telah menghancurkan infrastruktur dan mata pencaharian di negara Tanduk Afrika itu. PBB sendiri pada hari Senin kemarin mulai mengirimkan paket makanan dan pasokan yang dibutuhkan ke ribuan orang yang kehilangan tempat tinggal.
Di kota Beledweyne, di Somalia tengah, sebuah sungai meluap dan sedikitnya 10 orang tewas ketika sebuah kapal yang mereka tumpangi yang digunakan untuk menyelamatkan penduduk yang terdampar terbalik.
Sekolah-sekolah terpaksa ditutup karena banjir, sementara air yang naik juga menyebabkan kerusakan pada bangunan dan gangguan yang meluas.
Para pejabat pendidikan mengatakan para siswa dan guru terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi di mana lembaga-lembaga bantuan memberikan bantuan dan menyelamatkan jiwa mereka.
“Sebanyak 86 sekolah telah terkena dampak banjir. Sekitar 700 guru juga kehilangan pekerjaan karena penduduk setempat melarikan diri ke tempat yang lebih tinggi karena banjir di Kota Beledweyne dan daerah sekitarnya,” kata Mohamed Osman Elmi, kepala pendidikan Wilayah Hiran.
Banjir tersebut adalah banjir kedua yang memengaruhi Beledweyne dalam waktu kurang dari setahun. Pada tahun 2018, banjir memaksa Kementerian Pendidikan untuk menunda ujian nasional.
Sementara itu, Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Farmajo melakukan tur di daerah-daerah yang paling parah dilanda awal pekan ini dan menjanjikan dukungan pemerintah untuk mengakhiri banjir agar tidak berulang seperti yang melanda Beledweyne.
”Tahun lalu, kami menyaksikan tragedi serupa, kami berharap ini akan menjadi banjir terakhir yang disaksikan di Beledweyne. Kami akan bekerja dengan negara-negara tetangga dan semua otoritas terkait untuk mengurangi krisis dan memastikan orang-orang kami tidak perlu menderita lagi, ” kata presiden.
Banjir telah menghancurkan infrastruktur dasar di kota. Jalan telah berubah menjadi sungai dan lahan pertanian telah hancur.
Ancaman penyakit yang ditularkan melalui air tetap menjadi ketakutan terbesar bagi lembaga bantuan dan otoritas lokal. Bantuan kemanusiaan telah tiba di kota dari lembaga bantuan, pemerintah dan masyarakat setempat.[Devi Lusianawati]