Yangon, Gontornews – Sabtu (14/4) malam, Pemerintah Myanmar mulai memulangkan keluarga dari Muslim Rohingya ke negara bagian Rakhine. Pemulangan tersebut yang pertama dari 700 ribu Muslim Rogingya yang mengungsi di Bangladesh lantaran pembersihan etnis yang dilakukan tentara Myanmar.
Awal Januari lalu, Myanmar dan Bangladesh telah setuju untuk menyelesaikan masalah repatriasi secara sukarela para pengungsi yang terjadi dalam kurun waktu dua tahun.
Myanmar telah mendirikan dua pusat penerimaan atau sebuah kamp sementara di dekat perbatasan di Rakhine untuk menerima kedatangan keluarga Rohingya dalam kloter pertama.
“Lima anggota keluarga Muslim Rohingya sudah datang ke pusat penerimaan di Taungpyoletwea di negara bagian Rakhine pagi ini,” kata Pemerintah Myanmar dalam sebuah pernyataan dikutip Reuters.
Anggota keluarga Rohingya yang datang kembali ke negaranya diteliti oleh petugas imigrasi dan departemen kesehatan dan kesejahteraan sosial. Mereka juga mendapatkan bantuan dan pelayanan pemukiman seperti beras, kelambu, selimut, t-shirt, longyis (sarung Burma) dan peralatan dapur.
“Bagi anggota keluarga yang sejalan dengan aturan pemerintah akan dikeluarkan Kartu Verifikasi Nasional (NVC) setelah memasuki Myanmar,” lanjut pernyataan tersebut.
NVC adalah bagian dari upaya Pemerintah Myanmar dalam mendaftarkan Muslim Rohingya sebagai warga negara Myanmar. Namun, Kartu tersebut banyak ditolak khususnya oleh para pemimpin komunitas Rohingya dan mereka menganggap dengan kartu tersebut, mereka hanya mendapat perlakuan seperti imigran baru seumur hidup mereka.
Sebagian besar masyarakat Burma menganggap bahwa Muslim Rohingya sebagai imigran dari Bangladesh yang keberadaannya tidak diinginkan di negara tersebut, walaupun sebenarnya mereka adalah bagian dari Myanmar. Sementara tentara Myanmar yang selama ini melakukan kekerasan menyebut mereka sebagai “orang Bengali”.
Pekan lalu, pejabat senior AS, Asisten Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan Ursula Mueller yang mengunjungi Myanmar tahun ini mengatakan, kondisi di Myanmar dianggap tidak kondusif bagi kembalinya para pengungsi.
Dia menyebutkan kurangnya akses layanan kesehatan, dikhawatirkan akan mengancam kesehatan Muslim Rohingya di tempat pemindahan. “Kondisi di kamp-kamp pengungsi internal juga sangat memprihatinkan,” jelasnya.
Beberapa kapal yang mengangkut Muslim Rohingya dari negara bagian Rakhine yang dilanda kekerasan telah meninggalkan Myanmar dalam beberapa bulan terakhir. Keberangkatan dikonfirmasi baru akan terjadi pada hari Kamis. [Devi Lusianawati]