Ogan Ilir, Gontornews — Pimpinan Pesantren Raudatul Ulum Ogan Ilir Sumatera Selatan KH Tol’at Wafa Ahmad menegaskan, pesantren adalah benteng pertahanan yang kokoh untuk bangsa. Kiprah pesantren, menurutnya, tak hanya di alam kemerdekaan tapi jauh sebelum bangsa Indonesia merdeka.
Seperti sejarah Pesantren Raudatul Ulum yang berdiri sebelum negeri dan republik ini merdeka. Pimpinan pesantren rela membubarkan diri demi ikut berperang gerilya melawan penjajah dan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.
Setelah perang gerilya, lanjut Kiai Wafa, pesantren Raudatul Ulum membantu pemerintah menyiapkan generasi bangsa melalui pendidikan. “Sampai sekarang kami masih loyal membantu pemerintah menyiapkan kader bangsa. Kita tak pernah berhenti, tak pernah capek dan tak pernah lelah karena itu jihad kita,†ungkapnya kepada Gontornews.com, Kamis (23/6) sore.
Pada waktu merintis pesantren, ujar Kiai Wafa lagi, tak ada bantuan pun dari pemerintah. Semua bekerja dengan keikhlasan para kiai dan santri-santri dengan jiwa kemandiriannya.
Lulusan Jamiyah Islamiyah Madinah Jurusan Fakultas Dakwah dan Ushuluddin ini heran ketika ada kelompok yang menstigma negarif pesantren. Pesantren selalu dikaitkan dengan terorisme dan didiskreditkan seolah-olah tidak berperan dalam membangun bangsa.
“Apa fair kalai pesantren dituduh seolah-olah tidak mencintai negeri ini. Apa pantas tuduhan itu?†tandasnya.
Pemahaman yang keliru di masyarakat ini harus diluruskan agar pesantren tidak dianggap sarang teroris. Penjajah gaya modern juga tahu bahwa kekuatan bangsa Indonesia adalah pesantren sehingga menjadi sasaran untuk dilemahkan.
Di mana saja pesantren dari Sabang sampai Merauke, kata Kiai Wafa, keberadaan pesantren sesungguhnya adalah back up usaha pemerintah untuk mencerdasan bangsa. “Kita ini benteng pertahanan yang kokoh untuk bangsa,†paparnya.
Setelah reformasi, ujarnya, akses dunia pendidikan sudah mulai terasa. Tapi jangan terlena bahwa uluran tangan bisa melenakan pesantren dari kemandirian. Maka prinsip pesantren tetap harus berjuang, dibantu atau tidak dibantu oleh pemerintah. “Kita akan terus berjuang dan mencintai negeri ini,†paparnya.
Pesantren Raudatul Ulum didirikan oleh KH Abdul Ghoni pada tahun 1930-an yang sempat mengalami kevakuman sebelum kemerdekaan karena para santrinya ikut berperang gerilya untuk mengusir penjajah.
Pascakemerdekaan, para pengurus yang tersisa menghimpun kembali keluarga besar pesantren Raudatul Ulum untuk melanjutkan kiprahnya di dunia pendidikan. Saat ini pesatren ini memiliki 2.700 santri dan menyelenggarakan pendidikan dari tingkat Raudatul Athfal hingga perguruan tinggi. [Ahmad Muhajir/Rus]