Inspirasi kehidupan Kiai Dimyati dalam mendirikan Pondok Pesantren Daarul Ulum Lido tidak ada duanya. Lahir dari keluarga yang lemah finansial, Kiai Dimyati hanya perlu terus berikhtiar, istiqamah dan yakin bahwa pertolongan Allah SWT selalu ada.
Saat Anda mendengar kata atau daerah “Lido”, mungkin yang terbesit di benak Anda adalah sebuah tempat rehabilitisi bagi para pengguna dan pecandu obat-obatan terlarang atau narkoba. Atau nama tempat wisata air, Danau Lido. Namun, Lido tidak cuma itu. Di sini juga ada sebuah pondok pesantren yang bertindak bukan hanya sebagai tempat rehabilitasi tapi juga tempat untuk mendidik kader umat berwawasan global. Namanya Pondok Pesantren Modern Daarul Ulum (PPMDU) Lido, Muara Ciburuy, Cigombong, Bogor.
Perjuangan di dunia pendidikan ini bermula ketika pendiri PPMDU, (Alm) KH Ahmad Dimyati mengalami masa-masa pelik. Kondisi keuangan keluarga yang tidak mumpuni ditambah wafatnya sang ayahanda saat ia masih duduk di kelas 4 semakin membuat ibunya tidak mampu lagi membiayai Dimyati untuk sekolah. Ibunya lalu menyerahkan Dimyati kepada pamannya yang lantas membawanya mondok di bawah Pengasuh Pondok Pesantren Darul Qolam, Gintung, KH Rifa’i Arief.
Di bawah bimbingan Kiai Rifa’i, Dimyati dikenal sebagai santri yang tekun belajar dan memiliki kemampuan berbahasa Arab serta ilmu nahwu yang mumpuni. Sejak lulus sebagai santri Darul Qolam pada tahun 1967, Dimyati diminta oleh Kiai Rifa’i untuk mengabdi di pondok sekaligus melanjutkan pendidikan tingginya di Institut Agama Islam Negeri Serang, Banten. Sesuatu yang mustahil diperolehnya, jika harus menggantungkan biaya kuliah kepada orangtuanya yang kesulitan finansial.
Selepas meraih gelar sarjana muda (BA), Kiai Dimyati lantas mempersunting putri kiai Pesantren Asy-Syuja’iyah, Bantar Kemang, Bogor bernama Hj Sa’diyah. Sejak saat itu, Kiai Dimyati mengajar di dua pesantren sekaligus, Darul Qolam Gintung dan Pesantren Asy-Syuja’iyah milik mertuanya.
“Hingga tahun 1985, Kiai Dimyati hampir setiap hari bolak-balik Serang-Bogor (untuk mengajar),” ungkap Sekretaris Pimpinan PPMDU Lido, Tegar Frediansyah , kepada Majalah Gontor.
Selepas tahun 1985 itu, Kiai Dimyati lantas izin kepada Kiai Rifa’i untuk berjuang dan fokus mengembangkan Pesantren Asy-Syuja’iyah di Bogor. Dalam prosesnya, Pesantren Asy-Syuja’iyah bertransformasi menjadi PPMDU di Lido hingga saat ini.
Sejumlah perubahan sistem di PPMDU diberlakukan oleh Kiai Dimyati seperti sistem asrama santri hingga perubahan kurikulum pendidikan. Tidak hanya itu, pemberlakuan serta penerapan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dan alat komunikasi di PPMDU juga diberlakukan oleh Kiai Dimyati.
“Semakin lama, santri yang ada semain banyak hingga jumlahnya ratusan. Tidak dapat dipungkiri, ada peran KH Elon Syuja’i dan buah dari gaya manajerial yang diperagakan oleh Kiai Dimyati yang amat dekat dengan para santri,” kata Tegar.
Dengan berbekal moto, ‘faidzā ‘azzamta fatawakkal ‘alallah’, Kiai Dimyati berusaha untuk memperluas PPMDU agar lebih baik dan bersinar di mana-mana. Upaya pencarian lahan mulai , dilakukannya. Sejumlah kendala, mulai sulitnya air hingga tidak mendapatkan perizinan dari pemerintah setempat tidak membuat Kiai Dimyati kendur.
Sejumlah usaha dilakukan oleh Kiai Dimyati hingga bermunajat di depan Multazam, salah satu tempat mustajab di Masjidil Haram, kala melaksanakan ibadah haji. Ia meyakini tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah menghendaki. Secara spesifik, ia pun meminta kepada Allah SWT agar memberikan lahan untuk membangun pesantren.
Sekitar satu minggu pascakepulangannya dari ibadah haji, pada 24 Desember 1996, Kiai Dimyati mendapatkan sebidang tanah di Desa Ciburuy, Cigombong, perbatasan Bogor-Sukabumi dekat dengan Danau Lido.
Meski pendirian pesantren di wilayah tersebut dekat dengan Danau Lido, namun tidak banyak yang mengetahui kalau nama Lido di belakang nama pesantren merupakan singkatan dari Limpahan Doa yang disematkan sebagai bentuk rasa syukur terhadap dikabulkannya doa Kiai Dimyati selepas pulang haji.
Namun, sakit menjadi penghambat Kiai Dimyati dalam mengamati dan mengawasi pembangunan di awal-awal PPMDU Lido didirikan. Gurunya, Kiai Rifa’i tergerak untuk membantu murid kesayangannya agar tetap kuat dan istiqamah dalam membangun pesantren PPMDU Lido.
Sempat sehat, Kiai Dimyati akhirnya wafat setelah didiagnosa mengalami sakit liver yang mengakibatkan fungsi hatinya hanya 5% jelang wafatnya pada tahun 1998.
Sistem Pendidikan
Di tangan Kiai Dimyati, Pesantren Asy-Syuja’iyah bertransformasi menjadi pesantren bersistem asrama lengkap dengan kurikulum pendidikan yang dikembangkannya dari hasil belajar di Pesantren Darul Qolam, Gintung. Program tarbiyatul mu’alimin al-islamiyah (TMI) diterapkan oleh Kiai Dimyati sejak tahun 1995.
PPMDU sendiri menganut tiga sistem pendidikan: Kementerian Pendidikan Nasional untuk jenjang SLTP, Kementerian Agama untuk jenjang Tsanawiyah dan Aliyah, serta kurikulum pesantren modern yang dianutnya dari program TMI. Dan uniknya, semua santri tinggal di asrama.
PPMDU Lido memang bertekad menjadi lembaga pendidikan penegak agama (iqomah al-dien) dengan cara membentuk generasi mutafaqqih fii ad-din yang ahli dzikir, ahli fikir, memiliki kompetensi dasar penguasaan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu alam secara bersamaan.
Materi-materi yang disiapkan sebagai pendukung integrasi ilmu agama dan ilmu-ilmu alam adalah Qur’an wa ‘ulumuhu, haditsh wa musthalahatuhu, fiqh wa qawa’iduhu wa uṣuluhu, Tarabiyah, Mantiq, Qawaid (Nahwu & Sharf), Balaghah, Mahfudzat, Faraid, Tauhid, Tarikh Islam, Muthalaah, Insya wa al-ta’bir, al-lughah al-‘arabiyah
Sedangkan ilmu-ilmu umum atau eksak meliputi Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah, ekonomi, Geografi, Matematika, Kewarganegaraan, Guidance & Counseling, Psikologi, Sosiologi & Antropologi, Bahasa Inggris & Grammar serta Bahasa dan Sastra Indonesia.
Semua kurikulum tersebut dipadukan di dalam sebuah sistem pengajaran langsung secara integral dan komprehensif selama 24 jam.
Secara teknis, PPMDU Lido bertekad untuk merealisasikan visi dan misi yang telah disiapkan seperti: 1) Mendidik pribadi Muslim, bertakwa, berakhlak mulia, berwawasan mulia, berbadan sehat, mandiri, aktif, kreatif dan inovatif; 2) Membentuk generasi moderat dan toleran yang mampu hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai perekat umat; 3) Mewujudkan dan mengembangkan lembaga pendidikan berkualitas, representatif, terjangkau oleh semua lapisan masyarakat dan menjadi mundzir al-qaum; dan 4) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan sumberdaya manusia.
Pun sejumlah strategi juga dipersiapkan oleh PPMDU Lido seperti: 1) Menerapkan model pembelajaran aktif (student active learning); 2) Pembentukan organisasi dengan pola laporan dan evaluasi; 3) Penggunaan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar pelajaran dan pergaulan; 4) Pemaksimalan potensi SDM internal; 5) peningkatan kualitas kerja dan profesionalisme.
Selain itu juga: 6) Merancang program secara sistemik, sistematis dan berkelanjutan; 7) Pemberdayaan orang tua/wali santri, alumni dan simpatisan sebagai mitra pesantren; 8) Pengembangan daya nalar dan daya hafal; 9) Mengembangkan kurikulum terpadu; dan 10) Meningkatkan kepedulian, pembinaan dan pengasuhan santri. [Mohamad Deny Irawan]