Riviera, Gontornews–Setidaknya 80 orang lebih, termasuk anak-anak tewas, dan 100 lainnya luka-luka akibat penyerang sebuah truk yang menaju dengan kecepatan tinggi. Truk yang mengakibatkan petaka itu menuncur ke tengah kerumunan masa yang sedang merayakan pesta liburan Bastille Day di kota Riviera, Perancis Nice pada Kamis, (14/7) pukul 23.00 waktu setempat.
Dilansir dari Aljazeera, truk melanju di sepanjang jalan pinggir laut Promenade des Anglais, setelah kembang api menyala sebagai tanda ulang tahun ke 1789, revolusioner Bastille Perancis. Saksi mata menyebutkan, sepanjang jalan tersebut penuh dengan korban yang luka dan meninggal. Polisi langsung menembak pengemudi truk dan mengevakuasi masa yang tengah larut dalam pesta Nice jaz festival.
“Orang-orang turun seperti rumah kartu,” kata Jacques, seorang penjual di restoran Le Queenie kepada stasiun radio France Info. Truk tersebut membelah ratusan orang yang sedang berkerumun. “Ini adalah adegan horor,” ujar Eric Ciotti, salah seorang anggota parlemen local.
Surat kabar Perancis Le Figaro menyebutkan senjata dan amunisi yang ditemukan di belakang truk menunjukkan “serangan direncanakan.†Namun, siapa yang bertanggung jawab, masih belum jelas, apakah insiden itu adalah serangan teroris atau lainnya.
Sementara, Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan, Perancis dipenuhi dengan kesedihan atas tragedi tersebut. Hollande menyebutkan bahwa serangan itu merupakan aksi “terorisme” yang dilakukan kelompok tak bertanggung jawab dan melanggar HAM. “Tidak ada yang menyangkal ini adalah sifat teroris yang melakukan penyerangan paling ekstrim dan keras,” kata Presiden Prancis Francois Hollande dalam pidato bangsa di dini hari Jumat.
Hollande mengatakan bahwa ia akan memperpanjang keadaan darurat selama tiga bulan dari bulan Juli. Sebelumnya Paris juga digunjang ledakan hebat oleh kelompok yang bertanggung jawab pada November lalu. “Kami akan lebih memperkuat tindakan kita di Irak dan di Suriah. Kami akan terus menyerang orang-orang yang menyerang kita di tanah kita sendiri,” katanya, yang mengacu atas keterlibatan Perancis dalam koalisi negara yang melakukan serangan udara terhadap Negara Islam Irak dan Levant (ISIS) disana. [Ahmad Muhajir/DJ]